Mendengar hal itu, Raja pun bergegas ke bibir pantai Tallo. Belum sempat keluar istana, sosok pria itu tiba-tiba muncul di hadapan raja, tepat di depan gerbang. Raja pun sontak kaget dan melihat wajah pria itu sangat teduh, tubuhnya memancarkan kilau cahaya.
Pria yang masih misterius itu menjabat tangan raja yang masih kaku melihat sosoknya. Usai berjabat tangan, tangan raja Tallo tiba-tiba bertuliskan bahasa Arab yang ia tak tahu artinya.
Pria misterius itu lalu meminta agar tulisan tersebut diperlihatkan pada lelaki yang sebentar lagi akan merapat di pantai.
Belum sempat berkata-kata, pria itu menghilang seketika. Raja pun bergegas ke pantai Tallo, mengikuti arahannya. Dan benar, seorang pria baru saja berlabuh di pantai. Raja pun langsung menghamipiri. Pria itu bernama Datuk Ri Bandang, ulama penyebar Islam asal Koto Tengah, Minangkabau.
Raja Tallo lalu memperlihatkan tulisan Arab yang tertulis di telapak tangannya. Datuk pun menjawab tulisan itu merupakan dua kalimat syahadat. Raja pun menjadi takjub.
Kedatangan Datuk memang untuk mengajak raja Tallo agar menerima ajaran Islam. Pertemuan kedua tokoh ini pun menjadi cikal bakal penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan.
Raja Tallo menerima ajaran Islam dan berganti nama menjadi Sultan Abdullah Awaluddin Awawul Islam Karaeng Tallo Tumenanga ri Agamana. Agama Islam pun menjadi agama resmi di kerajaan.
Kisah inilah yang menjadi awal mula nama Makassar. Diambil dari bahasa Makassar ‘Akkasaraki’ atau Menampakkan Diri. Hal itu berdasarkan pengalaman munculnya sosok bercahaya dari pantai.
Pengalaman ‘penampakan’ cahaya putih itulah yang disebut ‘Akkasaraki’ (diambil dari bahasa Makassar). Kisah ini membekas kendati menjadi awal penerimaan Islam di masyarakat kerajaan kala itu.
Dari berbagai sumber catatan-catatan pedagang Portugis di abad ke 17, ‘Makassar’ dikenal sebagai pusat kota kerajaan Gowa-Tallo. Meski sempat berganti nama menjadi Ujung Pandang, namun Pemerintah bersepakat mengembalikan nama Makassar, karena punya akar historis yang kuat.
Apa yang dimimpikan Raja Tallo pun jadi kenyataan. Usai masuk islam, Kerajaan Gowa Tallo, menjadi salah satu sebab utama penyebaran Islam ke penjuru kota dan kerajaan di Sulawesi. ‘Cahaya’ Islam menyebar cepat hingga saat ini dapat dirasakan, Islam merupakan agama mayoritas di Sulsel.
Sementara Datuk Ri Bandang, bersama saudaranya Datuk Ri Tiro dan Datuk Sulaiman tercatat dalam sejarah sebagai ulama yang berpengaruh besar, menyebarkan Islam di Sulawesi Selatan.
Hingga akhir hayatnya, Datuk Ri Bandang tak pulang lagi ke Minangkabau. Datuk Ri Bandang wafat di kota Makassar, makamnya terletak di jalan Sinassara, Kaluku Bodoa, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.