Asal Mula Nama Makassar. Sejak diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 1 Tahun 2000, tentang Penetapan Hari Jadi Kota Makassar, maka setiap tanggal 9 November diperingati sebagai hari jadi Kota Makassar.
Tanggal tersebut merujuk pada penyatuan Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo pada tanggal 9 November 1607, dalam peristiwa salat Jumat bersejarah di Masjid Tallo pada masa pemerintahan Raja Gowa ke XIV, I Mangngarangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin Tumenaga ri Gaukanna.
Namun, tahu kah kamu, sebelum menjelang abad ke-21, tanggal 1 April menjadi rujukan atas penetapan Hari Jadi Makassar. Tanggal tersebut berasal dari keputusan pemerintah Hindia-Belanda di Batavia (masa pemerintahan Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg) yang menjadikan Makassar sebagai daerah yang memiliki otonomi sendiri (gemeente) pada 1 April 1906.
Alasan penetapan Makassar menjadi daerah yang berhak mengatur diri sendiri tak lepas dari statusnya sebagai pusat pemerintahan kolonial di Pulau Sulawesi. Terjadi pertumbuhan pesat di bidang ekonomi sehingga diperlukan pembangunan dan kebijakan politik khusus.
Selanjutnya pada 1921, wilayah Gemeente Makassar ditetapkan menjadi lima distrik yakni Makassar, Wajo, Ujung Tanah (Waronder Tallo), Mariso dan daerah adat Gemenschap Galesong. Jumlahnya kemudian dipadatkan menjadi empat.
Diadopsinya tanggal 1 April sebagai Hari Jadi Makassar dipegang selama nyaris satu abad. Tapi, Makassar juga memiliki hari lahir lain. Tanggal 1 September 1971, diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 yang mengatur perubahan nama Makassar menjadi Ujung Pandang. PP tersebut baru dicabut dengan Pasal 86 Tahun 1999 seiring jatuhnya Orde Baru.
Asal Mula Nama Makassar
Sejarah penamaan Makassar, sangat bernuansa islami, yakni ditandai dengan mimpi Raja Tallo ke VI di abad ke 16.
Dalam catatan sejarah kerajaan Gowa-Tallo, diceritakan Raja Tallo ke-VI Mangkubumi Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka, bermimpi melihat cahaya bersinar dari Tallo ke segala penjuru kerajaan dan negeri sekitarnya. Mimpi itu terngiang-ngiang selama tiga hari berturut-turut.
Nah, pada malam ketiga mimpi raja, sebuah perahu kecil berlabuh di pantai Tallo. Warga keheranan melihat sesosok pria jubah putih di atas perahu tersebut sedang melakukan gerakan-gerakan yang asing dipandang warga.
Di malam yang gelap gulita, tubuh pria itu memancarkan cahaya menyilau ke segala penjuru arah. Hal itu membuat warga gempar dan menyampaikan ke Raja Tallo tentang sosok pria misterius tersebut, saat besok paginya.