Wisata Legenda Aceh Tengah. Melalui seni syair, teka-teki, dan dongeng yang dituturkan dari generasi ke generasi, suku Gayo telah menjadikan kesusastraan sebagai denyut nadi kehidupan mereka. Salah satu warisan sastra lisan yang paling dikenal adalah kekeberen—mitos atau dongeng yang menyimpan jejak asal-usul dan sejarah tempat-tempat di Aceh Tengah.
Dari danau yang menyimpan legenda pilu hingga goa-goa yang penuh misteri, setiap sudutnya tak hanya indah dipandang, tetapi juga kaya akan makna dan tradisi. Bersiaplah untuk sebuah perjalanan yang memadukan keajaiban alam dan kisah-kisah yang abadi di hati masyarakat Gayo.
Goa Putri Pukes: Legenda Pilu di Tepi Danau Lut Tawar
Di pesisir Danau Lut Tawar, tersembunyi sebuah tempat yang memadukan keindahan alam dan kisah penuh duka—Goa Putri Pukes. Goa ini tak hanya menjadi tujuan wisata favorit karena aksesnya yang mudah, tetapi juga karena legenda yang melekat kuat di hati masyarakat setempat.
Dikisahkan, Putri Pukes adalah seorang Inen Mayak—pengantin baru yang sedang menuju kampung halaman suaminya setelah pernikahan. Sebelum berangkat, sang ibu menitipkan sebuah pesan sakral: jangan sekali-kali menoleh ke belakang, ke arah masa lalu sebagai anak gadis. Namun, rasa rindu yang begitu mendalam membuat Putri Pukes melanggar pesan tersebut. Seketika itu juga, tubuhnya membeku menjadi batu, dihukum oleh kutukan yang tak terhindarkan.
Kini, di tengah Goa Putri Pukes, terdapat sebuah batu besar yang dipercaya sebagai wujud sang putri. Batu itu terus mengeluarkan air, seolah menjadi air mata abadi yang menangisi nasibnya. Konon, batu ini dulunya berbentuk seperti seorang perempuan, namun perubahan bentuk akibat aliran air dan waktu perlahan mengikisnya.
Goa Putri Pukes bukan hanya menawarkan panorama magis, tetapi juga membawa pengunjung menyelami kisah legenda yang penuh pesan moral dan sentuhan mistis. Di sini, mitos dan kenyataan seolah melebur, menciptakan daya tarik yang sulit dilupakan.
Goa Loyang Koro: Jejak Sejarah di Tanoh Gayo
Di tepi Danau Lut Tawar, Goa Loyang Koro berdiri sebagai pintu menuju masa lalu, menyimpan cerita yang erat dengan tradisi masyarakat Gayo. Nama “Loyang Koro” berarti “Goa Kerbau,” dan legenda yang menyelimutinya menceritakan bagaimana goa ini dulunya menjadi jalur utama yang menghubungkan Takengon dengan kampung Isaq, salah satu kampung tertua di Tanoh Gayo.
Pada masa itu, Isaq dikenal sebagai pusat peternakan, dan kerbau-kerbau dari wilayah tersebut dibawa melalui goa ini menuju Takengon. Goa Loyang Koro juga menjadi jalan pintas yang aman bagi masyarakat setempat untuk menghindari bahaya yang mengintai di hutan belantara. Menurut cerita turun-temurun, lorong goa ini pernah menembus hingga ke kampung Isaq.
Kini, meski jalur panjang menuju Isaq tak lagi dapat diakses, Goa Loyang Koro tetap menawarkan pengalaman berpetualang kecil. Anda dapat menyusuri bagian dalam goa yang masih dapat diakses sejauh beberapa puluh meter, dengan jalan setapak yang menuntun langkah Anda ke dalam dunia yang penuh misteri dan sejarah. Goa ini tak hanya menjadi saksi bisu pergerakan masyarakat zaman dahulu, tetapi juga simbol kekayaan budaya dan tradisi Tanoh Gayo.
