Setelah semua keluarga besar keturunan Batara Guru berkumpul di Luwuk, mereka mengadakan pesta besar. Namun, di tengah kemeriahan, Sawerigading merasa ada yang kurang. Ia belum bertemu dengan adik kembarnya, Wetenri Beng. Untuk itu, ia memerintahkan burung L’Dunrung Sereng untuk pergi ke dunia atas membawa undangan bagi Wetenri Beng agar hadir dalam upacara di makam Batara Guru.
Wetenri Beng akhirnya tiba, meskipun cuaca buruk disertai badai. Upacara dan pesta diadakan dengan meriah, dihadiri juga oleh para pemimpin dunia atas dan bawah, yakni Patotoqe dan Guru Reseng.
Dalam pesta itu, Guru Reseng berbicara dengan Sawerigading dan menyampaikan harapan agar ia mau mengunjungi Perettiwi untuk menggantikan Guru Reseng sebagai penguasa di sana. Sementara itu, Patotoqe mengabarkan bahwa istri Sawerigading akan melahirkan seorang putri di dunia bawah yang kelak akan menikah dengan putra Wetenri Beng dari dunia atas. Pasangan ini akan memerintah di Luwuk.
Setelah pesta usai, para tamu dari dunia atas dan bawah kembali ke tempat asal mereka. Sawerigading bersama I We Chudaik dan I La Galigo pun bersiap kembali ke negeri Cina. Namun, di tengah perjalanan, kapal mereka dihantam ombak besar hingga karam ke dunia bawah. Di sana, mereka menjelajahi berbagai negeri sebelum akhirnya tiba di kediaman penguasa dunia bawah, Guru Reseng dan Sinaong Toja.
Sebelumnya, setelah pengumpulan besar-besaran keturunan Batara Guru di Luwuk, ada perintah dari penguasa dunia atas agar seluruh keturunan generasi pertama penghuni bumi kembali ke dunia atas atau dunia bawah. Setiap garis keturunan hanya diizinkan meninggalkan satu anggota di bumi.
Di dunia bawah, I We Chudaik melahirkan seorang anak bernama Mutia Toja. Sementara itu, Wetenri Beng melahirkan seorang anak bernama Salinrung Langik. Sesuai dengan pesan Patotoqe, kedua anak ini ditakdirkan menikah dan memerintah di Luwuk.
Ketika Salinrung Langik berusia 11 tahun, Patotoqe menurunkannya ke bumi melalui sepotong bambu dan pelangi. Tidak lama setelah itu, Mutia Toja muncul dari buih gelombang laut di arah timur. Keduanya bertemu, jatuh cinta, dan menikah. Kisah pertemuan mereka mirip dengan cerita Batara Guru yang pertama kali turun ke bumi dan bertemu Wenyilik Timok.
Pernikahan Salinrung Langik dan Mutia Toja melahirkan seorang putra bernama Odang Patalo. Tujuh bulan setelah kelahiran Odang Patalo, Sawerigading mengumumkan bahwa hubungan bumi dengan dunia atas dan bawah akan diputus. Hanya sesekali, seorang berdarah putih—keturunan para dewa—akan dikirim ke bumi.
Begitulah asal-usul manusia yang pertama kali turun di tanah Luwuk, yang kemudian berkembang menjadi cikal bakal nenek moyang masyarakat Luwuk atau Bugis.
Kami membagi kisah Sureq La Galigo menjadi 6 bagian:
- Sureq La Galigo I : Awal Kisah Epik Terpanjang di Dunia
- Sureq La Galigo II : Asal Mula Tanaman Padi dan Keturunan Batara Guru
- Sureq La Galigo III: Pertempuran di Alam Arwah
- Sureq La Galigo IV: Cinta Terlarang dan Petualangan di Negeri Cina
- Sureq La Galigo V: Cinta, Perang, dan Takdir yang Menentukan
- Sureq La Galigo VI: Kisah Cinta dan Kehidupan I La Galigo
*Mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam kisah dan penulisan nama tokoh dalam tulisan ini.