Sureq La Galigo III: Pertempuran di Alam Arwah

Kisah Sawerigading penuh perjuangan dan konflik, terutama dalam cintanya pada Weten Rabeng, adik kembarnya. Meskipun pernikahan mereka dilarang adat karena dianggap membawa bencana, Sawerigading tetap mencintainya. Kisah ini menggambarkan dilema cinta terlarang yang harus dihadapi dengan kebijaksanaan dan pengorbanan.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Setelah kembali ke Luwuk, Sawerigading mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Walakina, putri Ilagaligo Tokeling. Namun, ia terkejut mengetahui bahwa Walakina telah meninggal tiga tahun sebelumnya dan sekarang berada di Waliala, alam arwah.

Meski dinasihati oleh bibinya untuk membatalkan niatnya, Sawerigading tetap teguh. Ia memutuskan untuk mencari Walakina di Waliala, didampingi oleh Pala Wagauk dan La Tanri Pang.

Rombongan Sawerigading berlayar ke barat, menghadapi banyak rintangan. Salah satunya adalah melewati wilayah berbahaya yang dihuni oleh pohon besar bernama Paau Jengki, dengan akar menjalar hingga dunia bawah dan batangnya menjulang ke langit. Kapal Sawerigading sempat tenggelam di tempat itu, namun muncul kembali bersama beberapa kapal dari dunia bawah yang membawa hadiah untuknya.

- Advertisement -

Setelah perjalanan panjang, rombongan akhirnya tiba di Marapetang, pintu masuk ke Waliala. Namun, sebelum sempat bertemu Walakina, Sawerigading mendengar kabar bahwa Walakina telah menikah dengan Raja Waliala, La Daeng Lebek.

Sawerigading tidak tinggal diam. Ia mengutus abdinya, Lapan Tanrang, untuk membawa Walakina. Namun, La Daeng Lebek tidak setuju, sehingga pecahlah pertempuran antara pasukan Waliala dan pasukan Luwuk. Dalam pertempuran itu, seluruh pasukan Luwuk kalah dan meninggal dunia.

Melihat kehancuran itu, Sang Pencipta turun tangan. Ia memerintahkan cucu buyutnya, La Puna Langik, untuk membantu Sawerigading. Dengan bantuan La Puna Langik, La Daeng Lebek akhirnya dikalahkan. Ia juga diturunkan dari posisinya sebagai penguasa Waliala karena dianggap melanggar aturan dengan mengizinkan manusia hidup memasuki alam arwah.

- Advertisement -

Setelah pertempuran sengit di Waliala, pasukan Sawerigading yang sebelumnya tewas dibangkitkan kembali. Dengan kemenangan itu, Sawerigading melanjutkan perjalanannya menuju istana Waliala untuk menemui Walakina. Namun, pertemuan yang telah lama ditunggu ini berakhir dengan kekecewaan.

Walakina, yang sudah menjadi arwah, tidak dapat kembali ke dunia tengah. Sawerigading yang telah berjuang untuk cinta ini harus menerima kenyataan pahit bahwa hubungan mereka tidak bisa terjalin, meskipun sudah mencintai dengan tulus.

Baca Juga :  Asal Usul Nama Garut, Berawal dari Salah Pengucapan Orang Belanda "Gagarut"

Meskipun diperingatkan untuk tidak mencari Walakina yang sudah berada di alam arwah, tekad Sawerigading tidak surut. Ketika cinta telah menguasai hati, kadang rasio sulit untuk dikendalikan, dan segala hal dilakukan demi mendapatkan cinta sejati. Meskipun pada akhirnya mereka tidak bisa bersatu, perjuangan Sawerigading untuk cinta yang tulus adalah hal yang patut dihargai dan menjadi teladan, terutama bagi siapa saja yang berjuang demi cintanya.

- Advertisement -

Setelah itu, Sawerigading kembali ke Luwu. Namun, tidak lama setelah kedatangannya, ia mendapat kabar mengejutkan: Weten Rabeng, adik kembarnya yang terpisah sejak kecil, masih hidup. Mereka tidak langsung bertemu, tetapi Sawerigading melihat penampakan Weten Rabeng dan terpesona dengan kecantikannya.

Weten Rabeng digambarkan sebagai wanita yang memiliki kulit putih kekuningan yang berkilau, rambut panjang terurai, dan wajah yang memancarkan cahaya lembut, seperti sinar bulan. Suaranya halus dan tutur katanya sopan, semua yang ada pada Weten Rabeng membuat Sawerigading jatuh cinta lagi.

Tak lama setelah itu, Sawerigading merasa terdorong untuk mempersunting Weten Rabeng. Ia pun menghadap orang tuanya dan memohon izin untuk menikahi adik kembarnya. Namun, orang tua mereka menolak permohonannya.

Mereka menjelaskan bahwa pernikahan antara saudara kandung adalah pemali, suatu pantangan yang sangat terlarang dalam budaya mereka. Jika diteruskan, hal tersebut bisa membawa bencana besar bagi negeri mereka, yang sudah lama dilindungi oleh aturan adat.

Sawerigading pun menghadapi dilema besar. Walaupun ia sangat mencintai Weten Rabeng, ia harus menghormati tradisi dan keputusan orang tuanya. Kisah cinta antara Sawerigading dan Weten Rabeng menjadi simbol dari cinta yang terlarang, cinta yang harus dihadapi dengan kebijaksanaan dan pertimbangan, meskipun dalam hati keduanya tetap ada rasa yang mendalam.

Baca Juga :  Sureq La Galigo VI: Kisah Cinta dan Kehidupan I La Galigo

Kami membagi kisah Sureq La Galigo menjadi 6 bagian:

*Mohon maaf bila terdapat kesalahan dan kisah dan penulisan nama tokoh dalam tulisan ini

- Advertisement -