Mendengar alasan tersebut, Batara Lattu mengambil tindakan. Ia memperbaiki istana kedua putri itu, menghukum bibi mereka, dan mengembalikan semua harta yang telah dirampas. Setelah istana selesai diperbaiki, Batara Lattu menikahi We Datu Sengkeng. Sementara itu, kakaknya, We Di Luwu, menikah dengan Ila Jiriuk, sepupu Batara Lattu dari dunia atas.
Batara Lattu dan istrinya kembali ke Negeri Luwu, disambut dengan suka cita oleh Batara Guru dan We Nyiliq Timoq. Sementara itu, We Di Luwu dan suaminya menetap di Tompok Tikak dan memerintah di sana. Sebelum berpisah, kedua bersaudari itu berjanji bahwa keturunan mereka akan bersatu di masa depan.
Mimpi Wedatu Sengkeng dan Lahirnya Sawerigading
Sepuluh bulan setelah tinggal di Luwu, We Datu Sengkeng mengalami mimpi aneh. Dalam mimpinya, ia mengarungi lautan dan menemukan sebuah keranjang emas tergantung di ranting pohon. Ketika ia duduk di atas keranjang itu, ditemukan sebuah telur di dalamnya. Telur tersebut pecah, dan dari dalamnya keluar dua anak ayam—seekor jantan dan seekor betina. Anak ayam betina terbang menuju dunia atas, sedangkan anak ayam jantan terbang ke negeri yang jauh.
Ketika terbangun, We Datu Sengkeng segera bertanya kepada mertuanya, We Nyiliq Timoq, tentang arti mimpi itu. Mertuanya menjelaskan bahwa ia akan melahirkan dinindru ulaweng, yaitu anak kembar emas—seorang laki-laki dan seorang perempuan. Anak laki-laki akan pergi ke negeri yang jauh, sedangkan anak perempuan akan naik ke langit.
Ternyata, bukan hanya We Datu Sengkeng yang akan melahirkan anak kembar emas, melainkan juga We Di Luwu, kakaknya. Sesuai dengan ramalan Patotoqe, anak-anak ini harus dipisahkan segera setelah lahir, meskipun alasan pemisahan ini belum terungkap.
Setelah sepuluh bulan mengandung, tiba saatnya We Datu Sengkeng melahirkan. Namun, proses kelahiran ini tidak berjalan lancar. Beberapa bissu bahkan harus mengorbankan nyawa mereka untuk membantu proses persalinan. Akhirnya, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Sawerigading. Saat lahir, Sawerigading keluar sambil mengenakan pakaian perang lengkap, sebuah pertanda keistimewaan.
Selain Sawerigading, lahir pula seorang bayi perempuan kembar tanpa tali pusar, yang menunjukkan keistimewaan darah mereka. Dengan lahirnya Sawerigading, tiga generasi keturunan Batara Guru terbentuk di tanah Luwu, dimulai dari Batara Guru, Batara Lattu, dan kini Sawerigading.
Kami membagi kisah Sureq La Galigo menjadi 6 bagian:
- Sureq La Galigo I : Awal Kisah Epik Terpanjang di Dunia
- Sureq La Galigo II : Asal Mula Tanaman Padi dan Keturunan Batara Guru
- Sureq La Galigo III: Pertempuran di Alam Arwah
- Sureq La Galigo IV: Cinta Terlarang dan Petualangan di Negeri Cina
- Sureq La Galigo V: Cinta, Perang, dan Takdir yang Menentukan
- Sureq La Galigo VI: Kisah Cinta dan Kehidupan I La Galigo
*Mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam kisah dan penulisan nama tokoh dalam tulisan ini