Sri Sultan Hamengku Buwono V: Pemimpin di Tengah Kegoncangan

Sri Sultan Hamengku Buwono V bukan hanya dikenang sebagai pemimpin yang bijaksana, tetapi juga sebagai pelestari dan inovator seni dan budaya. Karya-karyanya tetap hidup, terus menginspirasi, dan memberi dampak besar pada perkembangan budaya Jawa hingga kini.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Namun, perjalanan Sultan Hamengku Buwono V tidak berlangsung panjang. Pada tanggal 5 Juni 1855 (20 Pasa 1783 TJ), sang Sultan wafat, meninggalkan kerajaannya dalam damai. Tubuh beliau dimakamkan dengan khidmat di Astana Besiyaran, Pajimatan Imogiri, bergabung dengan para leluhur agungnya.

Sebuah tantangan muncul sepeninggalnya. Permaisuri pertama, GKR Kencono, tidak memiliki putera. Sedangkan permaisuri kedua, GKR Sekar Kedhaton, tengah mengandung tanpa tanda-tanda kelahiran yang dekat. Dalam kekosongan ini, tahta harus segera diisi. Maka, sang adik, Raden Mas Mustojo, diangkat sebagai penerus, menyandang gelar Sri Sultan Hamengku Buwono VI.

Warisan Seni dan Budaya di Era Sri Sultan Hamengku Buwono V

Era pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V merupakan masa kejayaan seni dan budaya yang tak terlupakan. Salah satu karya besar yang lahir pada masa kepemimpinannya adalah Serat Makutha Raja. Dalam karya ini, terkandung prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki oleh seorang raja yang bijaksana. Visi beliau yang sangat memihak kepada rakyat tercermin dalam setiap barisannya, memberikan pedoman moral dan etika untuk pemimpin yang adil dan makmur.

- Advertisement -

Serat Makutha Raja bukan hanya menjadi pegangan bagi raja-raja berikutnya, tetapi juga memberikan inspirasi kepada pemimpin di luar keraton. Karya ini seakan menuntun mereka untuk memahami dasar-dasar kepemimpinan yang bertanggung jawab, tak hanya untuk kalangan istana, tetapi juga bagi rakyat jelata.

Tak jauh berbeda dengan Kitab Tajussalatin, karya-karya seperti Suluk Sujinah, Serat Syeh Tekawardi, dan Serat Syeh Hidayatullah yang juga lahir pada masa ini semakin memperkuat dimensi spiritual dan moral yang terkandung dalam kepemimpinan.

Namun, Sri Sultan Hamengku Buwono V tidak hanya menorehkan jejak di bidang sastra. Ia juga memiliki perhatian besar terhadap seni, terutama seni tari. Sultan sendiri turun tangan memimpin komunitas tari di istana, dan beberapa sumber menyebutkan bahwa beliau bahkan ikut serta sebagai penari. Lebih dari sekadar penghargaan terhadap seni, Sultan Hamengku Buwono V membentuk sistem seni tari yang melibatkan inovasi besar.

- Advertisement -
Baca Juga :  Sri Sultan Hamengku Buwono VIII: Sultan Visioner yang Peduli Pendidikan

Salah satu inovasi terbesar adalah Gendhing Gati, sebuah karya yang menggabungkan instrumen musik diatonis seperti terompet, trombon, suling, serta jenis drum atau tambur, dengan karawitan Jawa. Gendhing ini biasa dimainkan dalam rangkaian gerak Kapang-Kapang pada tari Bedaya atau Serimpi, terutama saat memasuki atau keluar dari ruang tari, menambah kekhidmatan pertunjukan tersebut.

Tak hanya itu, Sultan juga memperkenalkan Bedaya Kakung, sebuah keunikan dalam pelembagaan tari, di mana penari pria menggantikan peran penari wanita dalam tari Bedaya. Sebuah bentuk pembaruan yang memperkaya tradisi tari yang sudah ada.

Salah satu pencapaian tari yang tak kalah monumental adalah Tari Serimpi Renggawati, sebuah karya yang melibatkan lima penari, salah satunya berperan sebagai Dewi Renggawati. Kisah dalam tarian ini mengangkat legenda Prabu Anglingdarma, yang kaya akan nilai moral dan sejarah, sekaligus menjadi sarana untuk mengajarkan kebijaksanaan dan keberanian.

- Advertisement -

Selain itu, Sri Sultan Hamengku Buwono V juga memperkenalkan pengembangan seni wayang orang. Di era pemerintahannya, terdapat lebih dari lima judul lakon yang rutin dipentaskan, seperti Pragulamurti, Petruk Dadi Ratu, Angkawijaya Krama, Jaya Semedi, dan Pregiwa-Pregiwati. Setiap pertunjukan wayang orang bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga medium pendidikan bagi masyarakat, mengajarkan tentang kebenaran, keadilan, dan kebijaksanaan.

- Advertisement -