Simbol dan Makna Filosofis Tradisi Mappasikarawa

Tradisi Mappasikarawa telah diwariskan secara turun-temurun oleh suku Bugis. Melakukan tradisi ini adalah cara untuk memelihara nilai-nilai yang dipegang teguh oleh para pendahulu suku Bugis.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Prosesi Mappasikarawa dilaksanakan setelah akad nikah, di mana mempelai pria akan dipandu oleh seorang tokoh masyarakat yang disebut pappasikarawa dalam bahasa Bugis, menuju ke kamar mempelai wanita.

Dalam prosesi ini, mempelai pria akan diarahkan untuk Makkarawa (menyentuh) bagian tubuh tertentu dari mempelai wanita sebagai tanda bahwa keduanya sudah sah untuk bersentuhan. Seperti harapan yang tersemat dalam setiap pernikahan, tradisi Mappasikarawa juga mengandung sejumlah makna yang diyakini oleh masyarakat suku Bugis sejak dahulu.

Mappasikarawa mengungkapkan harapan bahwa kedua mempelai yang telah sah sebagai suami istri akan selalu diberkahi dengan hal-hal baik seperti kebahagiaan, kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan dalam rumah tangga mereka.

- Advertisement -

Di samping itu, setiap bagian tubuh mempelai wanita yang disentuh oleh mempelai pria juga memiliki makna tersendiri. Meskipun tidak ada kesepakatan tentang bagian tubuh mana dari mempelai wanita yang akan disentuh pertama kali oleh mempelai pria, namun setiap bagian yang disentuh selalu memiliki arti atau makna yang mendalam.

Makna dan Simbol

Tradisi Mappasikarawa menggunakan bagian-bagian tubuh sebagai simbol yang mengandung makna khusus, dengan peran Pappasikarawa yang sangat penting dalam memberikan arahan kepada mempelai pria.

Bagian-bagian tubuh atau simbol yang umumnya disentuh dalam prosesi Mappasikarawa mencakup Jempol/ibu jari, Telapak Tangan, Pangkal lengan, Dada, Dahi, Perut, dan Ubun-ubun. Sentuhan pertama dalam tradisi ini adalah antara kedua ibu jari mempelai pria dan wanita yang bersentuhan.

- Advertisement -

Merapatkan Jempol/Ibu Jari

Merapatkan ibu jari antara suami dan istri diyakini dapat mempertahankan kebersamaan dan keabadian dalam rumah tangga, meski terpisah oleh jarak dan waktu. Oleh karena itu, pada saat merapatkan ibu jari mempelai, Pappasikarawa akan mengucapkan doa agar suami istri dapat hidup rukun, damai, dan tenteram.

Baca Juga :  Tari Kafuk, Budaya Pencair Suasana dari Tambrauw yang Magis

Memegang Telapak Tangan

Tindakan lain dalam tradisi Mappasikarawa adalah mempelai pria memegang tapak tangan mempelai wanita, terutama pada bagian tapak tangan yang berisi daging, yang merupakan simbol rezeki manusia. Pappasikarawa akan mengarahkan ibu jari mempelai pria untuk menyentuh telapak tangan istrinya.

Ketika jari-jari mempelai pria berada di atas telapak tangan istri, harapan akan kemudahan rezeki di masa depan tersemat di dalamnya, tanpa menghadapi kesulitan dalam mencari rezeki.

- Advertisement -

Tindakan ini mengandung makna filosofis bahwa rejeki akan selalu lancar, seperti aliran yang tidak terputus, dengan didampingi oleh doa dan usaha. Selain itu, sentuhan suami pada tapak tangan istri melambangkan ketaatan istri terhadap suaminya.

Menyentuh Pangkal Lengan

Bagian tubuh yang juga menjadi simbol dengan makna filosofis dalam tradisi Mappasikarawa adalah Pangkal Lengan. Lengan merupakan lambang kekuatan dalam bekerja.

Dengan menyentuh pangkal lengan mempelai wanita, diharapkan mereka dapat bekerja keras untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera. Selain itu, menyentuh Pangkal Lengan juga melambangkan kekuatan dan kesehatan kedua mempelai, karena pangkal lengan merupakan simbol kekuatan dan kesehatan bagi istri.

Sentuhan ini mengandung harapan bahwa pengantin akan selalu sehat dan sejahtera bersama seluruh keturunannya. Sementara mempelai pria menyentuh lengan mempelai wanita, pappasikarawa akan melantunkan doa yang mendalam dengan harapan-harapan baik bagi keduanya.

Menyentuh Bagian Dada

Simbol lain dalam tradisi Mappasikarawa adalah menyentuh bagian dada mempelai wanita. Dada adalah simbol kerendahan hati dan sifat alamiah manusia. Bagian tubuh tersebut juga menjadi sumber makanan pertama ketika manusia baru lahir.

Dalam tradisi ini, pappasikarawa akan mengarahkan mempelai pria untuk menyentuh area dada kiri mempelai wanita menggunakan ibu jarinya.

- Advertisement -