Sakai, Suku Nomaden yang Selalu Bermukim di Tepi Aliran Sungai

Suku Sakai selalu menempati lokasi yang dekat dengan aliran sungai, karena air memang menjadi sumber kehidupan utama bagi manusia.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Suku Sakai memiliki hukum yang tegas mengenai beberapa hal, misalnya hukum mengenai penebangan pohon. Masyarakat Sakai yang diketahui menebang pohon di tanah hutan ulayat akan diberi hukuman berupa denda uang yang setara dengan perhiasan emas dalam ukuran berat tertentu.

Semakin tua usia pohon yang ditebang maka denda yang harus dibayarkan juga akan semakin besar. Sedangkan ketentuan mengenai besar denda yang harus dibayar oleh penebang pohon akan ditentukan pada saat dilaksanakan rapat adat.

Namun jika penebang pohon di wilayah kewenangan (ulayat) adalah orang-orang di luar Suku Sakai, maka orang-orang tersebut akan diusir dan bahkan bisa saja dibunuh. Oleh karena itu, hingga sekarang tidak ada seorang pun yang berani menebang pohon di hutan ulayat karena adanya sanksi dari hukum adat Sakai yang begitu tegas.

- Advertisement -

"rumah

Hutan ulayat sendiri merupakan hutan adat warisan dari Suku Sakai yang saat ini luasnya semakin mengecil. Adanya hukum adat yang bersifat tegas mengenai penebangan pohon sebenarnya merupakan upaya yang dilakukan oleh Suku Sakai untuk mempertahankan wilayah tanah warisannya tersebut

Hukum adat sekaligus menjadi cara untuk mengurangi pengurangan luas lahan. Umumnya lahan hutan ulayat tersebut diambil untuk kegiatan perkebunan sawit dan kegiatan industri lainnya.

- Advertisement -

Selain hukum adat, tentunya suku inu juga beberapa macam tradisi atau adat istiadat. Masyarakat Sakai mengadakan ritual atau upacara tersendiri untuk kelahiran dan kematian serta untuk pernikahan.

Suku Sakai memang termasuk suku yang belum banyak diketahui dan dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas. Sebab pada awalnya suku ini tergolong sebagai suku terasing dengan pola hidup sederhana yang jauh dari perkembangan dan kemajuan teknologi.

Namun dengan kemajuan zaman dan moderinasis, tampaknya Suku ini mulai mengalami perkembangan. Hal ini terjadi karena semakin banyak pula masyarakat pendatang yang mendiami kawasan pemukiman Sakai, sehingga penduduk dan masyarakatnya menjadi semakin heterogen (beragam).

- Advertisement -
Baca Juga :  Pemandian Air Panas Mengeruda, Kolam "Bidadari" di Desa Mengeruda

Di samping itu, dampak dari wilayah hutan di Kepulauan Riau yang semakin terkikis juga mengakibatkan Suku Sakai terpaksa kehilangan lahan untuk bertanam sehingga mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

- Advertisement -