Rumah Adat Laika, sebuah cagar budaya yang memikat dari suku Tolaki yang mendiami Kabupaten Kendari dan Konawe di Sulawesi Tenggara. Bangunan megah ini adalah rumah panggung dengan bentuk empat persegi panjang, menampilkan kebesaran dalam desainnya. Dengan tiga atau empat lantai, rumah adat Laika menjadi mahakarya budaya masyarakat tolaki.
Konstruksi rumah adat ini menghadirkan estetika yang memukau. Terbuat dari kayu kokoh, dengan atap yang menjulang tinggi, rumah Laika ditopang oleh tiang-tiang besar setinggi 20 kaki dari permukaan tanah.
Keunikan rumah Laika tak hanya terletak pada desain eksteriornya. Bagian bawah rumah sering diubah menjadi kandang untuk hewan ternak seperti ayam dan babi, menunjukkan keterkaitan antara fungsi rumah dan kehidupan sehari-hari masyarakat Tolaki.
Salah satu aspek yang paling memukau adalah penggunaan bahan alam dalam pembangunannya. Rumah Laika dibangun tanpa menggunakan logam, tanpa satu paku pun. Proses penyatuan antar komponen menggunakan berbagai bahan alami yang melibatkan keterampilan dan keahlian tinggi dari penduduk setempat. Atapnya, seringkali terbuat dari rumbai alang-alang atau nipah, memberikan sentuhan tradisional yang kental.
Dengan segala keunikannya, Rumah Adat Laika bukan hanya sebuah struktur fisik, tetapi juga warisan yang mencerminkan hubungan erat antara manusia dan alam, serta kebijaksanaan arsitektural nenek moyang suku Tolaki.
Bagian-Bagian Rumah Adat Laika
Rumah Laika, yang mencerminkan keberagaman budaya suku Tolaki di Sulawesi Tenggara, memiliki struktur yang menarik dengan tiga bagian utama: bagian bawah, tengah, dan atas. Bagian bawah, atau kolong, memiliki makna sebagai dunia bawah (puriwuta) dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari binatang buas, banjir, serta sebagai tempat bersantai, tempat ternak, atau penyimpanan alat pertanian. Bagian tengah melambangkan perwujudan alam semesta, sementara bagian atas menjadi ruang beraktivitas sehari-hari.
Dalam perspektif horizontal, rumah ini menampilkan garis horizontal simetris yang mencerminkan kehidupan formal dan dinamis masyarakat Tolaki. Fasad bagian bawah, rangka, dan lantai dianalogikan sebagai dada dan perut manusia, sedangkan fasad bagian atas dianalogikan sebagai punggung manusia. Penyangga diartikan sebagai tulang punggung manusia, dan atap rumah sebagai muka dan panggul manusia.
Tiang O’Tusa, yang merupakan elemen utama dalam konstruksi rumah, terdiri dari tiang utama tusa I’tonga di tengah-tengah rumah dan tusa huno pada keempat sudut rumah induk (botono). Tiang-tiang ini harus utuh, tanpa sambungan, dengan penyangga (o’suda) di antara mereka.
Lantai ohoro rumah Laika terdiri dari susunan beragam bahan seperti bambu, kayu, dan bahan alam lainnya. Dinding orini, yang melambangkan kulit manusia, terbuat dari bambu yang disusun atau dianyam, kayu kecil, tangkai sagu, kulit kayu, dan papan.
Pintu otambo, yang ada di depan dan belakang rumah, diartikan sebagai mulut dan dubur manusia. Pintu belakang sering dipasang miring untuk mencegah masuknya roh jahat.
Tangga lausa, yang terbuat dari kayu bulat dengan jumlah anak tangga ganjil, melambangkan keberuntungan. Jendela lomba-lomba digunakan untuk penyinaran dan pengintaian musuh, dengan penempatan mengikuti arah matahari sebagai simbol rejeki.
Keunikan Rumah Adat Laika
Rumah adat Tolaki tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya, keahlian konstruksi tradisional, dan ketergantungan pada alam sekitar.
1. Fungsionalitas Lantai
Rumah Laika memiliki empat lantai, namun bagian bawahnya tidak ditempati oleh penduduk. Bagian ini diubah menjadi tempat penampungan ternak, sementara lantai satu dan dua digunakan untuk tempat tinggal Raja dan keluarganya. Lantai tiga digunakan untuk menyimpan pusaka, dan lantai empat sebagai tempat bersemedi atau beribadah.
2. Ruang Tenun
Keunikan lainnya terdapat pada lantai dua, di mana terdapat ruangan khusus untuk menenun pakaian dan kain. Alat tenun ditempatkan di bagian kanan dan kiri ruangan ini, menunjukkan pentingnya kegiatan menenun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tolaki.
3. Tiang yang Tinggi
Rumah Laika memiliki bentuk persegi panjang yang lebar, didukung oleh tiang-tiang kuat. Tinggi bangunannya menciptakan struktur yang kokoh. Pada zaman dahulu, tinggi tiang dari tanah ke lantai rumah dirancang untuk menghindari serangan binatang buas dan banjir.
4. Penggunaan Satuan Depa
Uniknya, masyarakat Tolaki pada masa lalu menggunakan satuan depa untuk mengukur dimensi rumah Laika. Satu depa dihitung dari ujung kelingking tangan kiri ke kanan yang direntangkan dan didekatkan. Hal ini mencerminkan penggunaan sistem pengukuran tradisional yang terkait dengan tubuh manusia.
5. Konstruksi Tanpa Logam
Salah satu keunikan utama rumah Laika adalah penggunaan bahan tanpa logam, termasuk tanpa paku. Suku Tolaki menggunakan bahan alam seperti kayu, nipah, dan balok sebagai material utama, dan mengandalkan pasak atau serat kayu untuk menyatukan komponen-komponen tersebut.