Tahap selanjutnya terdapat ritual Wolla Kawuku, yakni perayaan yang dilakukan sepanjang malam dan dimeriahkan dengan tari-tarian yang dikhususkan untuk ritual-ritual sakral. Ada gerakan-gerakan tersendiri dari setiap tarian yang mengiringi setiap ritual yang dilaksanakan, karena itu sebelumnya dilakukan latihan pada kegiatan Woleka Lakawa untuk menghindari kesalahan.
Selain Wolla Kawuku, ada pula Wolla Wiasa Karua sebagai kegiatan untuk merayakan beras suci yang dilaksanakan sepanjang malam. Beras suci yang dimaksud ditumbuk oleh tetua yang bertugas, dibersihkan lalu dimasak untuk dijadikan sesajian yang diberikan kepada leluhur.
Belum berhanti sampai di situ, selanjutnya terdapat Wolla Wiasa Kappai yang terdiri dari dua acara yang dilaksanakan, yaitu Oke We’e Maringi yang merupakan proses menimba air suci yang akan digunakan pada saat upacara puncak, dan acara kedua yaitu Pogo Weri yaitu pemotongan pucuk daun kelapa untuk digunakan sebagai tanda larangan pada saat acara puncak yang sama.
Sebelum sampai ke acara puncak, terlebih dulu terdapat upacara Mana’a yaitu kegiatan makan bersama dengan semua warga yang hadir dalam acara ini, di mana setiap orang yang datang diwajibkan untuk membawa seekor ayam yang akan didoakan kepada leluhur dan Sang Pencipta untuk meminta berkat kemudian disembelih untuk mengetahui jawabannya melalui jeroan ayam.
Tiba di acara puncak, yaitu Kalango Loddo yang dilakukan dari malam hingga pagi hari. Dalam acara ini digelar berbagai macam rangkaian pertunjukan meriah seperti tari-tarian dan nyanyian lagu-lagu sastra adat, digelar juga beberapa acara yang menggambarkan atau mengisahkan kembali kejadian-kejadian leluhur.
Belum selesai, setelah acara puncak terdapat ritual Padinnaka Nga’a Bisa, yang berlangsung pada hari ke-tiga setelah upacara Kalango Loddo terlaksana. Acara ini merupakan kegiatan menanam bibit padi di setiap kebun kecil yang berada di bagian bawah Kampung Tambera, dan acara kedua yaitu penyimpanan kembali benda-benda sakral pada tempatnya yang digunakan selama ritual Wulla Poddu.
Setelahnya masih ada upacara Woti Kalowo yang dilaksanakan di dalam goa sakral sebagai bentuk pengucapan syukur kepada leluhur dan Sang Pencipta karena Wulla Poddu telah berjalan dengan baik.
Terakhir, rangkaian ritual ditutup dengan kegiatan yang dinamai Yemo (Kobba), yaitu mengumumkan kepada seluruh masyarakat bahwa Wulla Poddu telah selesai.
Di laman Kemdikbud dijalaskan, pada dasarnya hampir semua wilayah di Sumba Barat merayakan ritual Wulla Poddu. Di wilayah Lamboya kegiatan berpusat di Kampung Sodan dan Kadengar, di Wanokaka berpusat di Kampung Kadoku, sedangkan di Tana Righu berpusat di Kampung Ombarade.
Namun selain semua pelaksanaan pada wilayah di atas, pelaksanaan ritual terbesar terdapat di wilayah Loli. Hampir semua kampung adat utama di wilayah tersebut merayakan Wulla Poddu, lebih tepatnya pada Kampung Tambera, Tarung, Bondo Maroto, dan Gollu selaku kampung-kampung sentra ritual.
Dengan rangkaian panjang dari ritual tersebut, pengunjung dari luar daerah yang ingin menyaksikan rangkaian ritual Wulla Poddu disebutkan dapat menyaksikannnya di kisaran bulan Oktober hingga November.