Proses pengumpulan kayu juga harus dilakukan pada tanggal 5 dan tanggal 7 setiap bulannya. Angka 5 konon menjadi perlambang rezeki yang sudah ada dalam genggaman. Sementara tanggal 7 menjadi bentuk harapan bahwa rezeki akan selalu ada.
Kapal yang dibuat dengan ukuran antara 15 sampai 40 meter ini biasanya menggunakan kayu jati, kayu mahoni atau kayu besi. Tidak seperti kapal biasanya yang pembuatannya dimulai dengan kerangka, pinisi dibuat dengan membangun badan kapalnya terlebih dahulu.
Keunikan yang dimiliki oleh pinisi adalah tidak ada satu pun paku besi yang dipakai untuk merakit. Agar setiap komponen kapal bisa bersatu, para Sawi menggunakan pasak kayu yang dibuat dari sisa-sisa pembuatan badan kapal.
Selain itu, punggawa yang memimpin proses perakitan juga tidak menggunakan tulisan atau catatan. Semua cara dan teknik pembuatan kapal sudah dihafal di kepalanya dan akan diturunkan dari generasi ke generasi.
Durasi pembuatan biasanya memakan waktu antara 1 sampai 2 tahun. Semakin besar ukuran kapal , semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
Pembuat Kapal Pinisi Sekarang
Indonesia boleh berbangga memiliki pinisi. Di saat kapall lain dengan model sejenis tidak lagi diproduksi, pinisii masih terus dibuat sampai sekarang. Daerah yang terkenal dengan para perajin pinisi berada di Kelurahan Tana Lemo, Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Salah satu pembuat Kapal Pinisi yang ada sekarang adalah Pinisi Ara, sebuah usaha pembuat kapall Pinisi yang berdiri sejak tahun 1967 di Ara, Makassar.
Tidak banyak yang berubah dari cara pembuatan kapal. Punggawa masih memimpin tim sawi tanpa catatan untuk merakit satu demi satu bagian kapal. Untuk satu kapal, biasanya perajin ini menghabiskan sampai 100 batang kayu besi. Dengan lama pembuatan sampai 2 tahun, satu buah kapal ini bisa terjual hingga miliaran rupiah. Pembelinya pun tidak hanya berasal dari dalam negeri tapi juga sampai ke luar negeri seperti Jepang, Prancis dan Australia.