Di tengah perjalan, saya diajak menuju ke sumur yang bernama Bujung Barania. Dahulu kala, masyarakat disekitar gua yang ingin adu kekuatan hendaklah dicemplungkan dahulu ke sumur untuk membakar keberani. Di atas sumur itu terlihat sebuah pohon yang dililiti batang pohon lain.
Setelah dicemplungkan, petarung itu akan di bawa ke arena pertarungan yang dinamakan Pasaung Tau. Letaknya di tengah hutan yang penuh dengan pohon berduri. Mereka akan bertarung hingga salah satunya gugur. Petarung yang gugur kemudian dikuburkan tak jauh dari arena pertarungan. Sedangkan pemenangnya akan diarak menuju ke Goa Cumi Lantang dan memberikan cap tangan disana.
Di langit-langit dan dinding gua Cumi Lantang banyak terdapat cap tangan. Saksi bisu para pemenang yang gagah. Masih di dalam gua, di bagian lantai terdapat sampah dapur berupa kulit kerang. Konon, dahulu kala di kaki gunung itu adalah lautan lepas sehingga makanan di zaman itu adalah kerang-kerang yang berasal dari laut.
Kupu-kupu terbang bebas membawa saya melanjutkan perjalanan menuju Leang Surukang, melewati hamparan sawah dengan gunung kecil yang nampak di sudut-dudut tertentu. Kedatangan kami disambut burung bangau yang terbang diatas kepala seakan menuntun kami menuju Leang Surukang.
Leang surukang penuh dengan kisah romantisme yang berbaur dengan keyakinan masyarakat setempat. Di sini pengunjung bisa berswa-foro riah. Dan terdapat pula jembatan yang diberi nama jembatan cinta. Konon katanya, jika terjatuh di jembatan itu maka tak lama lagi akan dipertemukan jodohnya.
Udara sejuk, mendamaikan jiwa lalu melahirkan inspirasi. Hanyut dalam damainya alam seolah membawa saya ke zaman ketika cerita cinta yang begitu melegenda terjadi terjadi di dalam gua, tempat patung pengantin berada. Sang mempelai wanita terdapat di dekat jendela Dewi Bercinta sedangkan mempelai pria terdapat di seberang patung mempelai wanita. Sangat keramat.
Tak jarang orang bernazar dengan mengikatkan seutas tali pada bagian tas patu pengantin itu. “Saya bernazar jika mendapatkan jodoh akan membawakan seekor kambing sebagai sesembahan” ujar Pak Nasir, ketua RW, memberikan contoh kepada kami. Setelah orang tersebut mendapatka jodoh, ia akan membuka tali dan membawa seekor kambing yang telah dinazarkan.
Beberapa kejadian aneh juga terjadi karena adanya pelanggaran dari benda yang dikeramatkan itu. “Seorang pelancong togel minta nomor dan memecahkan serta mengambil batu pengantin itu sebagai jimat. Akibat dari pelnggaran itu mendatangkan bala yang berupa peristiwa kebakaran yang melalap satu kampung,” ujar Andan Hary selaku Lurah Kalabbirang.
“Seorang pelajar yang mabuk masuk ke dalam gua dan membuang air besar di tas batu penganting, ternyata setelah keluar suaranya terdengar mirip suara kambing, baru bisah sembuh setelah memotong seekor kambing,” tambahan kak Yoko.
Sebuah perjalanan menembus waktu yang akan menjadi pembelajaran bagi generasi ke generasi. Melalui proses sejarah kita bisa melihat banyak hal unik. (*)