Ternyata, di Pulau Flores ini tersimpan rahasia pemandian air panas yang kaya akan kandungan belerang, dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Wae Bobok, sebuah destinasi wisata yang terbilang baru dibandingkan dengan spot-spot terkenal di Labuan Bajo.
Terletak di sekitar Danau Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, permandian air panas Wae Bobok tidak hanya menjadi tujuan wisata bagi masyarakat lokal, tetapi juga diminati oleh wisatawan dari luar Flores hingga mancanegara.
Dengan lokasinya yang berdekatan dengan Danau Sano Nggoang, pengunjung tidak hanya dapat menikmati kehangatan air panas, tetapi juga memanjakan mata dengan keindahan alam sekitar dan danau yang menakjubkan.
Di tempat ini, selain menyelam dalam kesejukan air panas, suasana dan panorama alam yang memukau membuat pengalaman berwisata menjadi lebih indah dan menyegarkan.
Mitos Wae Bobok
Penduduk lokal meyakini bahwa sumber air panas “Wae Bobok” memiliki kaitan dengan gunung api. Albert Obat, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) “Kampung Ceria” (Creatif, Elok, Rapi, Indah, Aman), menyatakan, “Ada kemungkinan sumber ini muncul akibat letusan gunung api ribuan tahun yang lalu.”
Menurut Albert, berdasarkan cerita rakyat yang berkembang, pada zaman perburuan, Kampung Ndengo merupakan kawasan hutan, padang savana, dan semak belukar.
Nenek moyang mereka dikenal sebagai “Umpu Bobok.” Bersama istrinya, Umpu Bobok tinggal di sebuah gubuk di lokasi tersebut. Umpu Bobok diyakini memiliki keahlian magis dalam berburu. Konon, suatu hari, istri Umpu Bobok sedang memasak daging hasil buruan ketika mendung datang dan hujan turun sangat lebat. Sebagai akibatnya, air dari Sungai Wae Racang dan Wae Brisung meluap.
Dampak banjir itu menyebabkan Umpu Bobok beserta istrinya dan gubuk mereka terbawa arus. Beberapa hari setelah kejadian tragis itu, muncul mata air panas di lokasi bekas pondok tersebut. Karena tempat tersebut pernah menjadi kediaman Umpu Bobok, penduduk setempat memberi nama sumber air panas itu “Wae Bobok”.
Ketika sapaan diucapkan, terdengar seperti bunyi air mendidih. “Dan itu dianggap sebagai jawaban dari roh “Umpu Bobok” yang dulunya tinggal di lokasi tersebut. Jadi, air panas ini dianggap sebagai perwujudan kesaktian “Umpu Bobok” yang terhanyut oleh banjir pada masa lalu,” ujar Albert.