Palipuran, Desa Paling Bersih Sedunia yang Menawarkan Kedamaian

Konon, Desa Penglipuran sudah ada sejak zaman Kerajaan Bangli. Di mana para leluhur penduduk Desa Penglipuran datang dari Desa Bayung Gede, lalu menetap hingga saat ini.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Bisa dibilang hutan bambu yang terdapat di Penglipuran merupakan jantung dari desa tersebut. Hutan bambu tersebut menjadi pemasok air bersih dan produsen oksigen untuk desa Penglipuran dan sekitarnya. Berbagai bangunan di desa wisata tersebut juga dibuat dari bahan bambu, misalnya, atap angkul-angkul dan pintu masuk rumah.

Layaknya desa pada umumnya, Penglipuran juga memiliki suatu sistem yang mengatur penduduk, yaitu terdiri dari rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW), dan sistem menurut adat. Penglipuran memiliki aturan yang selaras dengan undang-undang yang dimiliki pemerintah, mereka menyebutnya ‘awig-awig’.

Aturan adat tersebut merupakan perwujudan dari landasan masyarakat desa yang disebut Tri Hita Karana. Terdiri dari Prahyangan yang merupakan hubungan manusia dengan Tuhan, Pawongan yang merupakan hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan. Masyarakat Penglipuran begitu menghargai keseimbangan, sehingga mereka terus menjaga hubungan ke Tuhan, manusia, dan alam.

- Advertisement -

Desa Penglipuran memiliki tata letak yang diadaptasi dari Tiga Mandalas atau Trimandala yang secara harfiah diartikan sebagai tiga zona dengan tingkat fungsi dan tingkat kesucian yang berbeda. Trimandala tersebut yaitu Utama Mandala atau daerah suci, Madya Mandala atau daerah pemukiman, dan Nista Mandala yang merupakan tempat paling buruk di desa dan terdiri dari kuburan.

Menariknya, desa ini memiliki aturan bahwa penduduknya dilarang poligami. Adat tersebut mereka lakukan demi menjaga para wanita di Desa Penglipuran. Jika ada yang tetap melakukan poligami, maka akan mendapatkan sanksi tegas, yaitu pelaku poligami akan ditempatkan di Nista Mandala dan dilarang untuk berjalan ke area utara atau wilayah suci Penglipuran.

Selain itu, penduduk desa dilarang untuk menikahi tetangga sebelah kanan dan kiri serta depan dari rumah mereka. Itu karena mereka masih menganggap tetangga tersebut sebagai keluarganya sendiri.

- Advertisement -
Baca Juga :  Kerajaan Sakra, Sejarah dan Keruntuhan

Masyarakat Desa Penglipuran sangat diperbolehkan untuk menikah dengan orang di luar desa tersebut. Biasanya jika calon pengantin perempuan yang berasal dari daerah lain, dia harus masuk menjadi bagian dari penduduk adat Penglipuran.

sejarah desa penglipuran
Desa Ppenglipuran. INT

Uniknya, jika calon pengantin laki-laki yang berasal dari desa lain, maka laki-laki tersebut bisa masuk ke menjadi penduduk desa Penglipuran dengan konsekuensi laki-laki tersebut akan dianggap perempuan oleh warga lainnya. Anggapan perempuan tersebut maksudnya adalah tugas-tugas untuk para perempuan akan dilimpahkan kepada laki-laki dari luar desa tersebut.

Sama seperti daerah lainnya yang ada di Bali, masyarakat Penglipuran juga kerap mengadakan upacara adat yang disebut dengan Ngaben. Ngaben adalah suatu upacara adat kematian dalam rangka mengembalikan arwah orang meninggal yang tersesat, kemudian dikembalikan ke pura kediaman si arwah tersebut.

- Advertisement -

Jika pada umumnya dalam Ngaben dilakukan pembakaran mayat, Ngaben di Desa Penglipuran dilakukan dengan menguburkan mayat tersebut. Hal itu karena Desa ini jauh dari laut, padahal abu mayat yang telah terbakar harus dibuang ke laut.

Di Bali, menyimpan abu mayat atau jenazah merupakan suatu pantangan, jadi solusi terbaik menurut masyarakat Penglipuran adalah dikuburkan dalam tanah. Disparbud.banglikab.go.id

Masyarakat di Desa Penglipuran memiliki tingkat kasta yang setara, mereka menyebutnya Kasta Sudra. Seseorang yang diangkat untuk memimpin mereka yaitu ketua adat yang dipilih setiap lima tahun sekali.

Penglipuran menyuguhkan kehidupan dan keseharain penduduk setempat yang begitu damai. Pengunjung dapat berpartisipasi aktif mempelajari kebudayaan Bali tempo dulu, kursus tarian khas Bali, kepercayaan, dan masih banyak lagi kegiatan yang dapat dilakukan pengunjung.

Kalau bosan dengan hiruk pikuk kota dan ingin lepas dari riuhnya modernitas, tidak ada salahnya untuk datang ke Penglipuran. Pasalnya, di desa inilah kita bisa menemukan kedamaian hati dan pikiran. */indonesiagoid

Baca Juga :  Sejarah Desa Aeng Tong-tong, Kampung 1000 Mpu
- Advertisement -