Setiap peristiwa di dunia ini adalah bagian dari perjalanan panjang manusia. Karya-karya muncul seiring berjalannya waktu, mulai dari tradisi, rumah adat, hingga kuliner khas di berbagai daerah. Tentu saja, setiap peristiwa ini memiliki sejarah yang menyertainya.
Begitu pula dengan makanan khas Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang dikenal sebagai “Kolo” atau Nasi Bambu. Beberapa daerah lain di NTT seperti Ngada dan Nagekeo juga memiliki variasi serupa dari nasi bambu ini. Namun, jika ditelusuri lebih mendalam, ada kemungkinan tradisi kuliner ini berasal dari Manggarai.
Sejarah Singkat Kolo
Kolo tentu memiliki sejarah yang panjang dan mendalam. Di Manggarai, makanan ini memegang peran penting dalam ritual adat. Asal usul Kolo muncul dari kebutuhan masyarakat Manggarai yang sering bepergian jauh.
Khususnya, petani dan pemburu yang sering menghabiskan waktu di ladang, hutan, atau daerah terpencil. Mereka membutuhkan makanan yang praktis dan tahan lama untuk dibawa selama perjalanan. Dari situlah muncul gagasan untuk memasak nasi di dalam bambu sebagai solusi.
Kolo atau Nasi Bambu bukan hanya memanjakan lidah, tetapi juga memiliki nilai budaya yang mendalam. Proses memasaknya menggunakan bambu, sementara tapa kolo menjadi hidangan istimewa yang rasa dan cara penyajiannya tetap dilestarikan oleh masyarakat setempat. Tapa kolo dianggap sebagai warisan leluhur yang penting untuk dilestarikan.
Proses Pembuatan Tapa Kolo
Langkah pertama dalam pembuatan Nasi Bambu adalah mempersiapkan bambu muda. Bambu tersebut dipotong dan dibersihkan. Kemudian, nasi, santan kelapa, dan bumbu-bumbu seperti serai, daun salam, lengkuas, dan bawang merah dimasukkan ke dalam bambu. Bambu kemudian ditutup dengan daun pisang dan dipanggang di atas api.
Lama waktu memasak Nasi Bambu bergantung pada ukuran bambu dan jenis beras yang digunakan. Setelah matang, Nasi Bambu siap untuk disantap.
Biasanya, masyarakat Manggarai menyajikannya dengan lauk-pauk seperti ayam bakar, ikan bakar, atau sayuran. Rasa gurih dan aroma khas membuat Nasi Bambu menjadi favorit di kalangan masyarakat Manggarai.
Selain berfungsi sebagai makanan praktis dalam perjalanan, Nasi Bambu juga memiliki makna simbolis dalam budaya Manggarai. Makanan ini selalu hadir dalam acara adat seperti perkawinan, ritual keagamaan, dan sebagainya. Nasi Bambu melambangkan kebersamaan, persatuan, dan keharmonisan.
Nasi Bambu memiliki akar budaya yang sangat kuat dalam tradisi masyarakat Manggarai. Hingga saat ini, makanan ini tetap menjadi hidangan khas yang diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi salah satu daya tarik kuliner dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur.