Mbolo Weki, Ritual Gotong Royong Khas Suku Bima

Mbolo Weki adalah tradisi musyawarah suku Bima di NTB yang memperkuat kebersamaan. Dalam persiapan acara keluarga seperti pernikahan atau tahlilan, kerabat dan tetangga berkumpul, berbagi tanggung jawab, dan memberikan kontribusi sukarela, mencerminkan nilai gotong royong dan solidaritas masyarakat Bima.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Ritual Mbolo Weki adalah salah satu tradisi musyawarah mufakat yang berasal dari masyarakat Bima, suku yang dominan mendiami Kabupaten Bima dan Dompu di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Suku ini, yang dalam bahasa setempat dikenal sebagai Mbojo, telah lama menghuni wilayah timur Pulau Sumbawa. Bahasa Bima atau Mbojo menjadi bahasa utama yang digunakan oleh masyarakat di kawasan tersebut khususnya pulau sumbawa ujung timur.

Tradisi Mbolo Weki memainkan peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat dou Mbojo (orang Bima). Dalam bahasa Bima, mbolo berarti “lingkar” atau “melingkar”, sedangkan weki dapat diartikan sebagai “masa”, “kumpulan”, atau “sekelompok orang”.

- Advertisement -

Ritual ini merupakan forum musyawarah yang diadakan untuk mempersiapkan acara-acara keluarga seperti pernikahan, khitanan, atau tahlilan setelah kematian anggota keluarga.

Dalam pelaksanaannya, Mbolo Weki dihadiri oleh perwakilan keluarga besar, kerabat, serta tetangga. Mereka duduk melingkar (mbolo) dan bermusyawarah mengenai berbagai persiapan, mulai dari menentukan hari baik hingga membagi tugas kepanitiaan, mendata kebutuhan acara, dan menyepakati apa saja yang akan dilakukan selama acara berlangsung.

Para pria biasanya duduk di ruang tamu atau ruang utama untuk membicarakan urusan yang bersifat fisik seperti tempat acara, dekorasi, dan seragam. Sementara itu, para wanita berkumpul di dapur atau ruangan terpisah untuk mendiskusikan hal-hal seperti anggaran, konsumsi, dan peralatan dapur.

- Advertisement -

Keunikan dari tradisi ini adalah bahwa keluarga yang menyelenggarakan acara tidak menanggung sendiri seluruh beban penyelenggaraan.

Para peserta Mbolo Weki secara sukarela memberikan kontribusi, baik berupa uang, hewan ternak, padi, atau hasil kebun. Hal ini memperkuat rasa kebersamaan dan silaturahmi di antara anggota masyarakat.

Tradisi musyawarah dalam Mbolo diperkirakan semakin menguat seiring dengan proses Islamisasi di Bima. Nilai-nilai kebersamaan dan musyawarah dalam tradisi ini sangat sesuai dengan ajaran agama Islam yang dianut mayoritas masyarakat Bima.

- Advertisement -
Baca Juga :  Pakaian Adat Nagekeo, Makna dan Nilai Filosofinya

Meskipun kini tradisi tersebut mungkin tidak seketat pelaksanaannya seperti di masa lalu, Mbolo Weki tetap memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan persaudaraan dan kekeluargaan di komunitas dou Mbojo.

- Advertisement -