Statistik di Srilanka mencatat bahwa tahun 1887 sekitar FL. 350 juta sudah dibayarkan sebagai gaji kepada kuli dari India Selatan. Mereka senang bekerja di Sumatera Timur yang pantainya panas sesuai dengan cuaca di kawasan Tanjore, Madura, dan Tinnelly.
Jika di Srilanka buruh Tamil harus menyesuaikan diri dengan udara pegunungan untuk menanam kopi, maka sebaliknya di Sumatera Timur mereka tidak perlu lagi menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka menanam coklat, padi, kelapa, dan tembakau.
Dengan keadaan produksi dan distribusi tembakau Deli yang begitu pesat ditinjau dari sisi ekonomi, maka ini berdampak pula terhadap perkembangan etnografi di Sumatera Timur.
Paling tidak etnik-etnik natif seperti Melayu, Simalungun, Karo, dan Batak Toba di kawasan ini, keberadaannya diperkaya dengan etnik-etnik pendatang Nusantara seperti Jawa dan Sunda serta pendatang Dunia terutama Tamil dan Hokkian.
Kemudian komposisi kependudukan yang sedemikian rupa akan berkembang menjadi masyarakat Sumatera yang multikultur. Nilai-nilai ini juga diserap dan dihayati oleh etnik Tamil di Kota Medan dan Sumatera Utara. Demikian sekilas sejarah orang Tamil di kawasan ini.