Kampung Adat Nunungongo, Pesona Wisata Tersembunyi di Rendu

Pulau Flores memiliki Banyak kampung Adat dengan berbagai keunikan masing-masing. Salah satunya di Kabupaten Nagekeo.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Hari ini adalah hari yang indah. Matahari cerah menyejukkan. Angin sepoi-sepoi meniup tenang. Tak menginginkan banyak. Saya hanya ingin berada di dunia yang asik, jauh dari segala masalah.

Masih banyak yang belum mengetahui tentang Nagekeo, dengan pusat pemerintahan berada di Mbay, Ibukota Kabupaten Nagekeo. Tanah datar, banyak ternak dan penghasil beras terbaik, menghidupkan seluruh rakyat Nusa Tenggara Timur.

Kalaupun ada kunjungan wisatawan lokal ataupun wisatawan asing, patut kita syukuri bahwa banyak pihak mulai  berkontribusi melalui pikiran dan tindakan nyata.

- Advertisement -

Dengan dominan dikelilingi pegunungan dan perbukitan, Nenek moyang daerah ini lebih banyak membangun rumah adat yang diatas pegunungan. Selain sebagai tempat tinggal, hutan-hutan sekitar dijadikan kebun, wilayah berburu dan berternak.

Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nagekeo tahun 2019 terdapat 17 kampung tua dan tradisional dengan potensi daya tarik wisata tersebar di 5 kecamatan: Aesesa (5 desa), Boawae (2 desa), Mauponggo (3 desa), Nangaroro (4 desa), dan Keo Tengah (3 desa).

Persebaran Kampung Tua dan Tradisional dengan Potensi Wisata di Kabupaten Nagekeo, 2019

- Advertisement -
No Kecamatan Nama Obyek Desa/Kelurahan
I Aesesa 1.      Kampung Adat Tutubadha Desa Rendu Tutubhada
2.      Kampung Adat Dhawe Dhawe
3.      Kampung Adat Ola Lape Lape
4.      Kampung Adat Nggolonio Nggolonio
5.      Kampung Adat Towak Towak
II Boawae 6.      Kampung Adat Boawae Natanange
7.      Kampung Adat Wolowea Wolowea
III Mauponggo 8.      Kampung Adat Wulu Wuliwolo
9.      Kampung Adat Keo Wolotelu
10.  Kampung Nua Nage Lokalaba
IV Nangaroro 11.  Kampung Dongga Odo Riti
12.  Kampung Gezu Desa Kotakeo
13.  Kampung Adat Lena Pagamogo
14.  Kampung Adat Koekobho Utetoto
V Keo Tengah 15.  Kampung Adat Wajo Desa Wajo
16.  Kampung Adat Pautola Desa Pautola
17.  Kampung Adat Udi Worowatu Udi Worowatu
Baca Juga :  Tradisi Pengadangan: Upacara Pernikahan Unik dari Suku Ogan

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Nagekeo, 2019

Dari sekian banyak rumah adat tertua di diatas, salah satu yang akan kita bahas adalah Kampung adat Nunungongo di Desa Tengatiba, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo. Namun Nagekeo tidak hanya itu, diperkirakan kurang lebih terdapat 100 rumah adat potensial berdaya saing.

Untuk disebut sebagai “Nagekeo The Heart Of Flores” kita mesti kiat, mendokumentasikan, menulis tentang apa kelebihan yang daerah kita dimiliki, sehingga ketika mempromosikan semakin mudah, efektif dan tepat sasaran.

- Advertisement -

Syarat Wajib Saat Masuk ke Rumah Adat Nunungongo

Rumah Adat Nunungongo
Penulis saat berkunjung ke Rumah Adat Nunungongo

Nah dalam berkunjung ke rumah adat ini, tidak serta merta langsung nyelonong masuk. Ada adab-adab yang mesti dipatuhi. Setiap pengunjung yang datang wajib menggunakan kaki kakan sebelum masuk, juga akan diberi doa pemberkatan khusus oleh ketua adat disana.

Hal ini dilakukan untuk meminta izin kepada arwah nenek moyang, agar setiap pengunjung yang datang dan pulang diberi perlindungan, kenyamanan dari setiap gangguan jin. Tidak hanya itu, kita juga akan diperciki beras. Menurut mereka sebagai bentuk berkat jiwa raga, mengusir hawa jahat yang menempel di tubuh kita selama perjalanan datang.

Jumlah Rumah dan Ritual Adat Pendewasaan Rumah

Di kampung ini terdapat 12 rumah adat yang membentuk huruf U, 7 diantaranya ditempati oleh penduduk desa. Terdapat juga sebuah pohon besar yang masih tetap berdiri kokoh dan subur. Diperkirakan sudah ratusan tahun usia pohon tersebut.

Tepat didalam kampung itu ada sebuah lapangan yang dikelilingi rumah adat. Pada waktu sore hari anak-anak akan bermain bola. Pengunjung pun juga boleh ikut bermain jika fisik masih kuat. 

Salah satu keunikan dan syarat historisnya adalah Kampung Adat Nunungongo ini akan diperbaharui setiap 7 tahun sekali. Bagi rumah adat yang telah diperbaharui, maka tingkatan secara sosial dan budaya juga mengikuti. Yang membedakan tingkatannya yaitu, kualitas kayu dan tempat tidur yang ada didalamnya.

Baca Juga :  Tolotang, Kepercayaan Lokal Bugis yang Terjaga

Semakin tua rumah adat ini, semakin baik pula kualitas kayunya. Diibaratkan perempuan yang telah dewasa dengan memiliki anggota tubuh dan menggunakan baju yang lengkap. Setiap tahapan pembangunan rumah adat wajib mengorbankan babi dewasa, karena rahang babi yang digunakan sebagai penanda usia dari rumah mereka.

Int : Rumah Adat Nunungongo dengan pelataran lapangan hijau.

Nikmati Kuliner Khas

Bagi wisataan yang ingin berhari-hari ditempat ini, pastinya diberi izin oleh mereka. Bapak Suku ataupun pengurus akan mengatur di rumah adat mana yang akan kita nginap. Di rumah adat ini dapat menampung dalam satu rumah 7 wisatawan,  kita pun akan diberikan makanan lokal dengan menu kuliner khas, seperti pisang rebus, jagung rebus, ubi rebus, dengan sambal kemiri.

Selain itu disekitaran rumah adat terdapat padang Olaenga dengan pemandangan yang bisa dinikmati. Dalam bahasa setempat Ola yang artinya tempat, enga yang artinya panggil, maka Olaenga adalah tempat memanggil orang-orang yang berada dibawah kampung.

Saran saya, jika ingin berkunjung ke Kampung Adat Nunungongo teman-teman dapat berkunjung disaat musim hujan. Biasanya alam Nagekeo akan menyuguhkan pemandangan lain yang pasti juga indah.

- Advertisement -