Raja-Raja Adonara
Sejarah Kerajaan Adonara
- Foramma, c. 1650
- Boli saya, c. 1671-1684
- Eke 1684-1688 (dibunuh oleh orang gunung)
- Gogok, c. 1702
- Wuring (saudara Eke), 1688-1719
- Boli II (anak dari Wuring), 1719-setelah 1756Â diketahui penguasa
- Jou, c. 1815
- Lakabella Jou (anak dari Jou), c. 1832
- Begu, d. 28 Juli 1850 (dibunuh)
- Pela (ng) (anak Begu), 1850-1857
- Jou (saudara Pela), 1857-1868
- Kamba Begu (saudara Lakabella), 1868-1893
- Bapa Tuan (anak dari Kamba Begu), sementara Raja pada tahun 1893 selama 6 bulan
- Arkiang Kamba (Arakang; saudara Bapa Tuan, b 1866.), 1893 atau 1894 – melepasnya 18 Desember 1930
- Bapa Ana (anak dari saudara perempuan dari Kamba Begu), Bupati dengan gelar Kapitan 1930 – 1 Desember 1935, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tahun 1935 dan dikirim ke Kupang
- Bapa Nuhur, (anak Gela, putra Bapa Tuan, b. 1915), 1941-1947
- Bapa Kaya, (anak dari Bapa Ana, d. 1954/12/01), Bupati 1947-1951
- Mohamad Eke (cicit Raja Jo, 1929 -. C 1985), 1951-1962, pertama disebut Pemerintah Asst selama pemerintahan Bapa Kaya dan juga dari Kapitan Adonara
Itulah sekelumit kisah orang yang saya dengar dari orang tuaku almarhum Bonto Ata Boleng, dan bapa Belan Gaen Roma Boli, yang merupakan anak cucu dari seorang tua yang beranak Asan Boleng yang merupakan teman akbar Raja Molo Gong.
Adonara Sekarang
Bekas kerajaan Adonara yang berdiri sekitar 1600 ini berada di pesisir utara desa Sagu. Masih tersisa susunan batu-batu ceper setinggi satu meter. Susunan bebatuan yang difungsikan sebagai pagar ini mengelilingi areal seluas satu hektar.
Hanya tersisa dua buah bangunan rumah sederhana beratap seng yang mulai berkarat dan berdinding papan. Persis di sampingnya terdapat sebuah sumur tua yang masih digunakan.
Dulunya sumur ini merupakan tempat permandian raja yang disampingnya dilengkapi dengan kolam. Namun kolam tersebut hanya tersisa puing-puing saja. Selain bekas puing bangunan, terdapat sebuah masjid yang dibangun raja Arakian Kamba berdampingan dengan istana raja. Disini juga terdapat kuburannya.
Sisa bangunan bekas kerajaan mengalami kehancuran ketika gempa dahsyat disertai tsunami menguncang pulau Flores 12 Desember 1992.
Di bekas rumah raja, katanya masih tersimpan dua buah keris dan 5 buah peci kuno. Ruang tamu rumah sederhana ini juga dihiasi dua meja bundar dari marmer dengan penyangga kayu jati berukir. Salah satu peninggalan yang masih tersisa.