Memasuki pertengahan abad ke-18, pembangunan mulai merambah luar benteng kota. Wilayah Weltevreden—kini dikenal sebagai Sawah Besar—menjadi pusat baru. Gedung Arsip Nasional yang berdiri pada 1760 sebagai kediaman Reiner de Klerk menjadi salah satu saksi sejarah dari era ini.
Tahun 1797, permakaman modern dibangun di kawasan ini, menyusul wabah malaria yang merenggut banyak nyawa, terutama warga Eropa. Areal ini kini dikenal sebagai Museum Taman Prasasti, salah satu kompleks pemakaman modern tertua di dunia.
Namun VOC tak abadi. Akhir abad ke-18 menjadi awal kejatuhan mereka. Perang di Eropa, perlawanan kerajaan-kerajaan di Nusantara, serta korupsi internal melumpuhkan kompeni. Pada 1800, VOC resmi dibubarkan dan semua asetnya—termasuk Batavia—diambil alih oleh Kerajaan Belanda.
Abad ke-19 menjadi era baru. Batavia kini dikuasai langsung oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Arsitektur pun bergeser ke gaya Indies Empire—mengadopsi neoklasik Eropa dengan adaptasi tropis. Paleis te Rijswijk, yang kini dikenal sebagai Istana Negara, dibangun pada 1804. Menyusul kemudian Paleis te Koningsplein, kini Istana Merdeka, yang berdiri pada 1873. Bersama, keduanya menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia saat ini.
Kawasan pemerintahan juga berpindah ke Gambir dan sekitarnya. Raffles, dalam masa pendudukan Inggris singkat pada 1814, membangun gedung teater yang kini menjadi Gedung Kesenian Jakarta. Witte Huis—kediaman Daendels tahun 1828—kini menjadi bagian dari kompleks Kementerian Keuangan. Gereja Immanuel, salah satu gereja tertua di Indonesia, juga berdiri sejak 1839 di wilayah ini.
Lihat postingan ini di Instagram
Modernisasi semakin terasa di penghujung abad ke-19. Tahun 1869, trem mulai beroperasi. Listrik masuk pada 1897. STOVIA, perguruan tinggi pertama di Indonesia, menjadi tempat lahirnya kaum terpelajar pribumi—yang kelak menyulut semangat kebangkitan nasional. Gedung ini kini menjadi Museum Kebangkitan Nasional.
Memasuki abad ke-20, arsitektur bergeser ke gaya New Indies yang menggabungkan elemen Art Deco dan arsitektur tradisional. Gedung Museum Bank Indonesia, bekas De Javasche Bank yang dibangun 1909, adalah contoh nyata. Museum Bank Mandiri dibangun pada 1929 sebagai kantor perusahaan perbankan Belanda. Sementara Gedung Filateli yang berdiri tahun 1913 berfungsi sebagai kantor pos dan telegraf.
Namun masa keemasan Batavia berakhir pada 1942 saat Jepang merebut kota ini dari Belanda. Nama Batavia dihapus, diganti kembali menjadi Jayakarta—kemudian dikenal sebagai Jakarta. Tiga tahun kemudian, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, menjadikan Jakarta sebagai ibu kota negara baru.