Filosofi Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar, Rumah adat Riau

Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar adalah salah satu contoh yang menarik dari arsitektur tradisional Indonesia yang memadukan keindahan, fungsi, dan nilai-nilai budaya yang dalam. Ini juga menjadi simbol penting dari kebudayaan Minangkabau di Sumatera Barat.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar adalah sebuah rumah adat Riau. Rumah adat ini memiliki ciri khas yang unik dan menjadi bagian penting dari budaya Melayu.

Nama “Selaso Jatuh Kembar” berasal dari bahasa Melayu, di mana “Selaso” berarti “empat,” “Jatuh” berarti “terletak,” dan “Kembar” berarti “sejajar.” Nama ini merujuk kepada susunan bangunan rumah adat  terdiri dari empat unit bangunan yang saling sejajar.

Diberi nama “Selaso Jatuh Kembar” karena dilihat dari bangunan ini memiliki selasar mengacu pada desain atap rumah yang mirip dengan bentuk selaso atau selasar yang lebih rendah dari rumah induk dengan bentuk yang sama. Rumah ini berukuran besar dilengkapi dengan balai besar sebagai tempat musyawarah atau tempat pertemuan adat.

- Advertisement -

Bagian-Bagian Rumah

rumah adat riau
rumah adat riau

Umumnya, rumah adat di Riau dibangun menghadap sungai. Kenapa? Bagi masyarakat tradisional Riau, sungai sungai digunakan sebagai jalur transportasi utama. Jadi jangan heran bila sebagian besar perkampungan di Riau dibangun di sepanjang Sungai Siak.

Atap dari Daun Rumbia

Atap rumah awalnya berasal dari daun rumbia dan daun pinah yang disusun rapi dan diikat dengan tali rotan. Menggunakan daun ini karena mudah di dapatkan dan terasa sejuk. Atapnya mirip dengan tangga. Atap ini terdiri dari beberapa tingkat atap yang semakin ke atas semakin kecil, menciptakan tampilan yang unik dan indah. Namun, kini atap rumah lebih menyesuaikan dengan perkemangan zaman yang kini menggunakan seng atau genteng.

Tiang yang Penuh Makna

Tiang yang digunakan berasal dari kayu punak, resak, tembesu dan kulim dengan ketinggian sekitar 1 sampai 2,5 meter. Tiang-tiang tersebut dibuat menjadi beberapa bentuk sesuai dengan maknanya masing-masing.

- Advertisement -

Segi empat selara dengan mata angin agar mendapatkan berkah dan rezeki dari mana saja. Segi enam sebagai rukun iman. Segi tujuh sebagai gambaran surga dan neraka dalam tujuh tingkatan. Segi sembilan menggambarkan tingkat ekonomi.

Baca Juga :  Filosofi Rumah Krong Bade, Rumoh Adat Orang Aceh

Pintu, Jendela dan Lantai

Bagian ini terbuat dari kayu medang, punak, dan meranti. Di dalam rumah ini memiliki sekat, menjadi bagian-bagian pembatas yang membedakan ruangan laki-laki dan perempuan, tetua, dapur tempat tidur dan anjungan serta kolong sebagai tempat menyimpan barang-barang perlengkapan adat, meskipun rumah bukan merupakan rumah tinggal.

Memiliki lantai yang cukup tinggi dari tanah untuk melindungi dari banjir dan memungkinkan sirkulasi udara yang baik di dalam rumah. Memiliki jendela-jendela yang besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk dengan baik dan juga untuk sirkulasi udara yang baik.

- Advertisement -

Bentuk Rumah Selaso Jatuh Kembar Berbentuk persegi panjang dan dan panggung.

Ukiran-ukiran

Rumah adat Selaso Jatuh Kembar memiliki ukiran atau hiasan yang berbeda. Namun ukiran yang terukir terilham dari hewan, tumbuhan dan benda-benda langit.

  1. Dibagian tangga, terdapat ukiran lebah bergantung atau ombak, agar setiap orang bermanfaat terhadap sesama sama halnya dengan lebah yang menghasilkan madu yang dapat dinikmati oleh manusia.
  2. Bagian atas pintu dan jendela, terdapat ukiran awan larat agar diberi rezeki dan berkah yang datang dari segala arah.
  3. Bagian dinding, terdapat ukiran itik yang berjalan berbaris agar manusia hidup berdampingan, bersama-sama sejahtera, damai dan kompak.
  4. Bagian kisi-kisi pintu dan jendela, terdapat ukiran semut agar manusia dapat hidup rukun, tolong menolong dan tolong menolong seperti semut.
  5. Di bagian atas atap, terdapat ukiran kayu yang bersilangan membentuk simbol huruf X mencuat keatas yang disebut Sulobuyung atau Selembayung, sebagai tanda kepercayaan kepada Tuhan.

Ada bagian lain yang terdapat ukiran

  1. Bagian panjang melengkung, terdapat ukiran dengan nama Pucuk Rebung Kaluk Paku yang berarti saling membantu dan bergotong royong.
  2. Bagian ujung atas dan bawah tiang, terdapat ukiran Tunas Pucung Rebung yang berarti setiap masalah ada solusi yang dapat diselesaikan.
Baca Juga :  Resopa Temmangingngi: Refleksi Budaya dan Definisi Sukses Masyarakat Bugis
- Advertisement -
WhatsApp Icon Dimensi Indonesia Hadir di WhatsApp Channel Follow