Filosofi Balla Lompoa, Rumah Adat Makassar

Di provensi Sulawesi Selatan (Sulsel), rumah adat bukan sekadar tempat tinggal, melainkan juga merupakan wujud ekspresi budaya dan tradisi masyarakat.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Rumah Adat Makassar. Sulsel memiliki setidaknya empat rumah adat yang masing-masing mencerminkan ciri khas suku bangsa mereka, sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Adat-adat ini membimbing pembangunan rumah dan mengatur tata cara serta perilaku penghuninya.

Selain itu, ekspresi adat, adat istiadat, dan keyakinan masyarakat juga tercermin dalam aspek fisik dari rumah-rumah tradisional ini. Setiap rumah memiliki perbedaan dalam bentuk, tata letak ruangan, dan ornamen yang mencerminkan keunikan budaya mereka.

Balla Lompoa, sebuah rumah adat di Sulawesi Selatan, memiliki arti harfiah sebagai “rumah besar” yang digunakan oleh para raja. Bangunan ini dirancang sesuai dengan tradisi turun-temurun Kerajaan Gowa dan merupakan syarat penting bagi rumah adat suku Makassar, terutama sebagai kediaman raja.

- Advertisement -

Arsitektur Balla Lompoa mengambil bentuk rumah panggung, mencerminkan gaya arsitektur tradisional yang ditemukan selama masa Kerajaan Gowa. Ciri khas dari Balla Lompoa adalah penjagaan warisan budaya fisik dan sejarah arkeologisnya, dalam bentuk teknologi dan budaya khas.

Rumah adat Balla Lompoa terdiri dari tiga bagian utama. Bagian atasnya disebut sebagai “loteng” atau “pammakang,” yang berfungsi sebagai plafon. Bagian tengah merupakan “badan rumah” yang disebut “kale Balla,” berfungsi sebagai ruang tamu dan kamar tidur. Bagian bawahnya, yang disebut “passiringang,” digunakan sebagai tempat untuk kendaraan. Ketiga bagian ini melambangkan konsep “sulapa appa.”

“Sulapa appa” adalah falsafah penting dalam rumah adat Makassar yang menggambarkan pandangan alam semesta secara horizontal dengan empat sisi, yang tercermin dalam struktur bangunan mulai dari areal tanah hingga bangunan utama, termasuk lego-lego, kale Balla, pammakkang, benteng, tontongan, dan rinring rumah.

- Advertisement -

Secara vertikal, konsep arsitektur tradisional Makassar memandang alam sebagai tiga kosmos: atas, tengah, dan bawah. Falsafah ini tercermin dalam komponen-komponen rumah tradisional yang mencakup ulu Balla, kale Balla, dan passiringan.

Baca Juga :  Menilik Tradisi Kematian Suku Kajang, Satu dari Lima Suku Paling Ditakuti di Indonesia

Filosofi ini juga tercermin dalam bentuk ulu Balla yang berbentuk prisma segitiga. Penggunaan angka tiga melambangkan struktur sosial masyarakat Makassar yang terdiri dari bija karaeng (raja dan keturunannya), to maradeka (rakyat biasa), serta ata (hamba sahaya)

- Advertisement -