Di jantung perbukitan sabana yang membentang luas di Sumba Timur, tersembunyi sebuah mahakarya alam bernama Bukit Wairinding. Tempat ini bukan sekadar hamparan tanah berbukit—ia adalah lanskap hidup yang terus berubah, berdenyut mengikuti irama musim, menghadirkan pemandangan yang tak pernah sama dari waktu ke waktu. Dengan ketinggian yang menawarkan sudut pandang spektakuler, Bukit Wairinding menjelma menjadi ikon wisata Pulau Sumba yang tak boleh dilewatkan.
Terletak di Desa Pambota Jara, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur, Bukit Wairinding dapat dicapai dalam waktu sekitar 30 hingga 45 menit berkendara dari pusat Kota Waingapu. Akses jalan menuju lokasi sangat baik, dengan aspal halus yang berkelok mengikuti kontur perbukitan, memberikan pengalaman perjalanan yang nyaman sekaligus memanjakan mata. Setibanya di lokasi, tanda keberadaan bukit ini dapat dikenali dari sebuah rumah dan warung kecil yang berdiri di tepi jalan, menjadi titik awal perjalanan menuju puncak keindahan.
Untuk mencapai puncaknya, pengunjung terlebih dahulu disarankan mengisi buku tamu yang tersedia dan memberikan donasi seikhlasnya sebagai bentuk apresiasi bagi masyarakat setempat yang turut menjaga keasrian tempat ini.
Вижте тази публикация в Instagram.
Dari titik awal ini, perjalanan berlanjut dengan pendakian ringan ke bukit kecil yang berdiri kokoh di belakang warung. Setiap langkah yang diambil akan membawa pengunjung semakin dekat dengan panorama luar biasa yang menanti di atas sana.
Ketika akhirnya tiba di puncak, mata akan disambut oleh hamparan sabana luas yang membentang sejauh cakrawala. Bukit Wairinding, dengan lekukannya yang lembut dan gradasi warnanya yang berubah-ubah sesuai musim, tampak bagaikan permadani emas yang bergelombang, menari mengikuti hembusan angin.
Di musim hujan, ia akan berselimut hijau subur seperti zamrud yang menyelimuti tanah. Sementara di musim kemarau, permukaannya akan berpendar dalam nuansa emas kecokelatan, menciptakan lanskap dramatis yang mengundang decak kagum.
Saat senja menjelang, tempat ini menjelma menjadi panggung alam yang memukau. Cahaya matahari yang perlahan tenggelam di balik perbukitan menciptakan semburat jingga keemasan yang melukis langit dengan warna-warna magis. Bayangan panjang yang terbentuk dari bukit-bukit kecil menambah kesan misterius, seakan membawa pengunjung ke dimensi lain yang penuh ketenangan.
Tak hanya panorama yang memikat, kehadiran kuda-kuda sandel yang merumput dengan anggun di sabana menambah daya tarik Bukit Wairinding. Kuda-kuda khas Sumba ini tampak seperti siluet yang menyempurnakan lanskap, menciptakan suasana yang begitu khas dan otentik.
Lihat postingan ini di Instagram
Selain itu, sering kali anak-anak setempat berlarian di sekitar bukit, tertawa riang sembari menawarkan interaksi yang hangat kepada para pelancong. Senyum mereka yang tulus seakan menjadi pengingat bahwa keindahan tak hanya terletak pada lanskap, tetapi juga pada keramahan manusia yang menghuni tempat ini.
Bagi yang ingin menikmati momen lebih lama, menikmati secangkir kopi khas Sumba sambil duduk di atas punggung bukit bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Aroma kopi yang khas berpadu dengan hembusan angin sepoi-sepoi menjadikan waktu berjalan lebih lambat, membiarkan setiap pengunjung benar-benar meresapi ketenangan dan keindahan yang ditawarkan Bukit Wairinding.
Bukan hanya sekadar destinasi wisata, Bukit Wairinding adalah tempat di mana alam dan manusia berpadu dalam harmoni sempurna. Ia adalah potongan kecil dari surga yang diturunkan ke bumi, menanti untuk dijelajahi, dikagumi, dan dikenang dalam setiap perjalanan yang meninggalkan jejak di hati.