Kelemahan dan Kemunduran Jong Jawa
Namun, ukuran besar jong Jawa menjadi kelemahan dalam pertempuran melawan kapal-kapal Eropa yang lebih kecil tetapi lebih lincah. Anthony Reid berpendapat bahwa kegagalan jong melawan kapal-kapal Barat mendorong pembuat kapal Jawa beralih ke kapal-kapal yang lebih kecil dan cepat, seperti lancaran, ghurab, dan ghali.
Seiring waktu, daya muat jong berkurang signifikan, rata-rata hanya 100 ton pada abad ke-17. Kebijakan Amangkurat I di Mataram untuk menutup pelabuhan dan menghancurkan kapal besar di pesisir demi mengendalikan potensi pemberontakan mempercepat kemunduran tradisi maritim Jawa. VOC turut melarang pembuatan kapal besar di pelabuhan-pelabuhan Nusantara, melemahkan kemampuan maritim Jawa yang pernah berjaya.
Warisan yang Terlupakan
Peradaban kapal jong, yang pernah menjadi simbol kejayaan maritim Nusantara, kini hanya menjadi bagian dari sejarah yang nyaris terlupakan. Teknologi dan kemampuan pelaut Jawa yang melampaui zamannya, termasuk membawa komoditas Nusantara ke penjuru dunia, membuktikan bahwa Nusantara pernah berjaya di lautan.
Meski demikian, ingatan tentang kapal jong mengingatkan kita akan kemampuan nenek moyang Nusantara yang tidak hanya sebagai bangsa agraris, tetapi juga sebagai pelaut ulung yang menguasai jalur perdagangan maritim internasional.