Asal Usul Jong Jawa, Kapal Terbesar dalam Sejarah Maritim Nusantara

Siapa yang tidak mengenal nama-nama seperti Marco Polo, Christopher Columbus, Vasco da Gama, Ferdinand Magellan, James Cook, dan Hernan Cortes? Para penjelajah asal Eropa ini tercatat dalam buku-buku sejarah berkat pencapaian mereka dalam menaklukkan samudra dan menjelajahi benua.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Penggunaan Jong dalam Perang

Kidung Panji Wijayakrama-Rangga Lawe mencatat penggunaan jong bertingkat sembilan, yang disebut jong Sasangawangunan, dalam peperangan melawan pasukan Mongol sekitar tahun 1293.

Kapal tersebut digambarkan megah, seperti gunung berapi dengan dekorasi awan petir yang berkilauan, layar berwarna merah, serta mampu membawa 1.000 orang beserta persenjataan lengkap, termasuk gandima (senjata api), tameng, lembing, perisai panjang, dan baju rantai.

Pada akhir tahun 1512 hingga Januari 1513, Pati Unus dari Kesultanan Demak memimpin serangan kejutan ke Malaka Portugis dengan membawa sekitar 100 kapal dan 5.000 tentara dari Jepara dan Palembang.

- Advertisement -

Dalam surat kepada Alfonso de Albuquerque, Fernao Pires de Andrade, seorang kapten Portugis, menggambarkan jong milik Pati Unus sebagai kapal terbesar yang pernah mereka lihat. Kapal tersebut mampu membawa 1.000 orang tentara dan dianggap sangat mengerikan karena ukurannya yang luar biasa.

Keunggulan Kapal Jung Jawa

Jong Jawa
Ilustrasi Jong Jawa

Kapal jong Jawa sering menjadi perbandingan yang mencengangkan dengan kapal-kapal dari belahan dunia lainnya. Misalnya, Tome Pires, seorang diplomat Portugis, mencatat bahwa kapal Anunciada miliknya tampak tidak seperti kapal jika dibandingkan dengan jong Jawa.

Ia juga menyebut bahwa undang-undang di Kanton (kini Guangzhou) melarang kapal asing berlabuh di pelabuhan utama dan hanya mengizinkan mereka berlabuh di pulau lepas pantai. Undang-undang ini dibuat karena ketakutan terhadap kekuatan jong Jawa, yang diyakini mampu mengalahkan 20 kapal Tiongkok sekaligus.

- Advertisement -

Pierre-Yves Manguin memperkirakan tonase jong Jawa mencapai 1.000 ton. Sementara itu, Irawan Djoko Nugroho menyebut ukurannya 4-5 kali lebih besar dari Flor de la Mar, kapal terbesar Portugis tahun 1511 yang memiliki panjang 69-78,3 meter.

Berdasarkan perkiraan ini, jong Jawa diperkirakan memiliki panjang sekitar 313 hingga 391,5 meter dan tonase antara 1.600 hingga 2.000 ton. Ukuran tersebut mendekati kapal induk modern seperti USS Gerald R. Ford milik Amerika Serikat, yang memiliki panjang sekitar 337 meter.

Baca Juga :  Gading Gajah, Mas Kawin Pernikahan Lamaholot Simbol Penghargaan Kepada Gadis

Karena ukurannya yang sangat besar, jong Jawa membutuhkan keahlian dan material khusus yang sulit ditemukan di banyak tempat. Produksi kapal-kapal ini hanya dilakukan di dua lokasi utama: Pantai utara Jawa, khususnya di sekitar Cirebon dan wilayah Rembang-Demak, yang dekat dengan Selat Muria. Pesisir selatan Kalimantan, terutama di Banjarmasin dan sekitarnya, meskipun pembuat kapal tetap berasal dari Jawa.

- Advertisement -

Penggunaan Jong pada Masa Majapahit

Pada abad ke-14, jong Jawa menjadi sangat terkenal di dunia maritim. Kerajaan Majapahit memanfaatkannya sebagai kapal angkut militer dalam skala besar. Hikayat Raja-raja Pasai menyebut bahwa kekuatan laut Majapahit terdiri dari armada yang melibatkan hingga 400 kapal jong, ditambah berbagai kapal kecil seperti malangbang dan kelulus.

Ekspedisi militer besar yang dilakukan Majapahit mencakup invasi Singapura pada tahun 1398, di mana mereka mengerahkan sekitar 300 kapal jong dengan lebih dari 200.000 pasukan. Selain untuk kepentingan militer, jong juga digunakan untuk perdagangan ke berbagai tempat yang jauh, menjadikan Jawa sebagai pusat perdagangan utama di Asia.

Puncak Prestasi Maritim Nusantara

Pada masa Majapahit, hampir seluruh komoditas Asia dapat ditemukan di Jawa, berkat pelayaran ekstensif yang dilakukan kerajaan ini. Laksamana Cheng Ho, yang mengunjungi Jawa pada tahun 1413, mencatat bahwa pelabuhan-pelabuhan di Jawa menawarkan layanan dan memperdagangkan barang-barang yang lebih lengkap dibandingkan pelabuhan lain di Asia Tenggara.

Bahkan, Ludovico di Varthema dalam bukunya Itinerario de Ludovico de Varthema Bolognese menyebutkan bahwa pelaut Jawa mampu berlayar hingga ke wilayah paling selatan. Mereka mencapai sebuah pulau yang hanya memiliki waktu siang selama empat jam, dengan suhu yang lebih dingin daripada tempat mana pun di dunia.

Baca Juga :  Asal Usul Nama Pulau Sumbawa, Awalnya Bernama Cimbawa

Penelitian modern menunjukkan bahwa pelaut Jawa pada masa lampau menjelajah hingga ke perairan selatan Tasmania, sekitar 900 mil laut atau 1660 km dari titik paling selatan pulau itu.

Niccolò da Conti, pedagang Venesia yang menjelajah Asia antara 1419 hingga 1444, menggambarkan kapal jong sebagai kapal besar dengan berat hingga 2.000 ton, dilengkapi lima layar, dan lapisan papan berlapis tiga untuk menahan badai. Kapal-kapal ini memiliki kompartemen khusus sehingga tetap dapat berlayar meski bagian tertentu mengalami kerusakan.

Keunggulan Teknologi dan Ukuran Jong Jawa

Giovanni da Empoli menyebut bahwa jong Jawa tidak berbeda dengan benteng terapung, karena lapisan papan yang kuat membuatnya sulit ditembus artileri Eropa. Bahkan, Gaspar Correia mencatat bahwa kapal Portugis terbesar, Flor de la Mar, tidak mampu menembus lebih dari dua lapis papan jong. Alfonso de Albuquerque menyebut jong Jawa sebagai “obravo” atau “si pemberani,” mengagumi teknik pembuatannya.

Para pelaut Jawa bahkan dipekerjakan oleh Albuquerque untuk memperbaiki kapal Portugis di India. Namun, mereka justru memberontak dan membawa kapal tersebut kembali ke Pasai. Salah satu jong bahkan tercatat digunakan sebagai kapal penjaga pantai di Portugal, menunjukkan pengakuan atas kehebatan teknologi kapal Jawa.

- Advertisement -