16. Motif Lawo Mata Sinde
Lawo Mata Sinde terinspirasi dari motif selendang sinde, yang dahulu digunakan sebagai ikat pinggang atau hiasan kepala pria. Selendang sinde kini hampir punah karena jarang dibuat. Warna dasarnya hitam dari nila. Motif utama mata sinde berada di bagian tengah kain, sedangkan bagian bawahnya menyerupai motif Lawo Kelimara.
Sarung ini juga dihiasi dengan motif tambahan dari Lawo Nepa Te’a Metu dan motif lain di bagian kain. Lawo Mata Sinde biasanya dikenakan oleh ibu-ibu dan gadis-gadis dalam acara adat atau keagamaan.
17. Motif Lawo Kelimara
Lawo Kelimara memiliki motif berbentuk gunung yang melambangkan sumber kehidupan dan cinta kasih dari Yang Maha Kuasa. Warna dasarnya hitam dari nila, dengan motif utama yang terletak di sisi luar kain atau bagian bawah ketika dipakai.
Ada dua jenis motif pada sarung ini:
- Gunung yang menjulang tinggi.
- Gunung kecil di tengah kain dengan bagian atas menyerupai rumah adat.
Bagian lainnya dihiasi Gami Tera Esa dan Teo Timbu. Lawo Kelimara sering digunakan sebagai pakaian pengantin perempuan atau oleh ibu-ibu mosalaki saat upacara adat.
18. Motif Lawo Mangga
Lawo Mangga (atau Maga) dinamai berdasarkan motifnya yang menyerupai bambu yang digunakan sebagai pagar (Mangga berarti “bambu palang pagar”). Warna dasarnya hitam dari nila.
Motifnya juga menyerupai jaring ikan (Mata Ndala) dan sirip ekor ikan (Bhuja). Sarung ini biasanya digunakan sebagai pakaian sehari-hari oleh ibu-ibu dan gadis-gadis.
19. Motif Luka / Ragi
Kain Luka atau Ragi memiliki warna dasar hitam atau biru kehitaman, dengan pola jalur-jalur lurus sepanjang kain. Kain ini dirancang khusus untuk digunakan oleh kaum pria, terutama dalam acara adat atau kegiatan tradisional.
Pelestarian Kain Tenun bagi Generasi Mendatang
Pelestarian kain tenun adalah tanggung jawab bersama masyarakat Ende dan Lio. Usaha untuk mengajarkan generasi muda tentang pentingnya seni dan tradisi ini sangat diperlukan untuk menjamin keberlanjutannya.
Berbagai program dan pelatihan dilakukan untuk memperkenalkan seni menenun kepada generasi muda. Ini tidak hanya menjaga kebudayaan tetap hidup, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi mereka.
Kesimpulan tentang Kekayaan Kultural Kain Tenun
Kain tenun Ende-Lio bukan sekadar pakaian, melainkan bagian penting dari identitas budaya. Setiap motif dan warna merepresentasikan sejarah, kepercayaan, dan kehidupan masyarakat. Melestarikan kain ini berarti menjaga warisan yang kaya bagi generasi mendatang. Keunikan dan keindahannya akan terus dihargai dan menjadi inspirasi di berbagai bidang.