Keunikan Benteng Rotterdam terletak pada desainnya yang menyerupai bentuk penyu jika dilihat dari atas, yang sedang berjalan ke arah Laut Makassar. Saat ini, Benteng Rotterdam berfungsi sebagai destinasi wisata dan pusat edukasi, memungkinkan pengunjung untuk mengeksplorasi sejarah dan keindahan arsitekturalnya. Jika berminat untuk mengunjungi, Benteng Rotterdam terletak di Jalan Ujung Pandang, Bulo Gading, Kecamatan Ujung Pandang.
Lokasi |
Jl. Ujung Pandang, Bulo Gading, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar. |
Maps |
11. Kantor Pengadilan Negeri Kelas 1a (1915)
Kantor Pengadilan Negeri Kelas 1a Khusus Makassar, yang sebelumnya dikenal sebagai Raad Van Justitia, merupakan suatu simbol keberadaan pengadilan di Kota Makassar sejak sebelum tahun 1915. Gedung ini dibangun oleh pihak Belanda sebagai wujud perhatian terhadap sistem peradilan di kota ini.
Dengan sejarahnya sebagai tempat proses pengadilan Raad Van Justitie dan Landraad, kantor ini menjadi pusat keadilan bagi berbagai kelompok masyarakat, termasuk bangsa Eropa, Cina, bangsawan, dan pribumi.
Arsitektur bangunan ini memamerkan gaya Neo Klasik Eropa dengan sentuhan Renaissance dan Romawi. Keindahan simetris, lebar, dan teratur pada sisi-sisi gedung menciptakan kesan formal, berwibawa, dan mewakili nilai-nilai keadilan.
Elemen-elemen seperti deretan jendela, pintu, ventilasi yang tinggi, dan hiasan-hiasan tertentu menambah keanggunan dan keistimewaan bangunan ini. Sampai saat ini, gedung ini masih mempertahankan fungsinya sebagai tempat pengadilan, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan keberlanjutan sistem peradilan di Kota Makassar.
Lokasi |
Jalan R. A Kartini No.18/23, Baru, Kecamatan Ujung Pandang |
Maps |
12. Gedung Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) (1927)
Gedung Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yang awalnya didirikan sebagai sekolah dasar lanjutan oleh Belanda pada tahun 1927, menjadi salah satu monumen sejarah di Makassar. Bangunan ini mencerminkan pengaruh arsitektur Eropa klasik yang dipadukan dengan unsur tradisional.
Dengan konsep ‘Garden City’, Gedung MULO dikelilingi oleh halaman yang luas, memberikan suasana yang tenang dan nyaman. Pada periode 1942-1945, gedung ini berganti nama menjadi Shihan Gakko dan diubah fungsi sebagai sekolah sejajar dengan SMP. Setelahnya, Gedung MULO menjadi kantor-kantor pemerintahan.
Saat ini, Gedung MULO menjadi markas bagi Kantor Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulsel, Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), dan Yayasan Mathes. Dengan tetap mempertahankan keindahan arsitektur dan sejarahnya, gedung ini menjadi saksi perjalanan waktu dan perkembangan Makassar.
Lokasi |
Jalan Jenderal Sudirman No.23, Mangkura, Kecamatan Ujung Pandang |
Maps |
13. Museum Kota Makassar (1906)
Museum Kota Makassar, yang sebelumnya dikenal sebagai Gedung Gemeente Makassar, merupakan salah satu bangunan bersejarah yang mencerminkan perkembangan Kota Makassar.
Pembangunan Gedung Gemeente dimulai pada tahun 1906, sejalan dengan peningkatan status Makassar sebagai Gemeente atau Kota Besar. Pada tahun 1918, gedung ini diresmikan oleh Walikota I Gemeente Makassar, J. E Dabrink.
Awalnya berfungsi sebagai kantor walikota hingga tahun 1942, Gedung Gemeente tetap menjadi pusat pemerintahan kota hingga akhir pemerintahan Belanda. Kemudian, bangunan ini dialihfungsikan menjadi Museum Kota Makassar.
Arsitektur Gedung Gemeente mengadopsi konsep ‘Garden City, ‘ yang ditandai dengan keberadaan halaman di bagian depan, samping, dan belakang bangunan. Gaya arsitektural ini memberikan tampilan yang indah dan memberikan ruang terbuka untuk pengunjung.
Sebuah perjalanan yang memungkinkan untuk menjelajahi sejarah dan kekayaan budaya Kota Makassar melalui lensa bangunan bersejarah ini.
Lokasi |
Jalan Balaikota No.11, Baru, Kecamatan Ujung Pandang |
Maps |
14. Gedung Dewan Kesenian Sulsel (1910)
Gedung Dewan Kesenian Sulsel, atau dikenal sebagai Societeit de Harmonie, merupakan bagian penting dari warisan arsitektur dan sejarah di Makassar. Dibangun pada tahun 1896, gedung ini awalnya berfungsi sebagai tempat pertemuan elit, orang asing, dan bangsawan terkemuka. Fungsinya meluas ke kegiatan sosial, pesta, pertunjukan sandiwara, dan musik.
Pada dekade 1910-an, Societeit de Harmonie mengalami renovasi dan perluasan, menerapkan gaya arsitektur campuran yang mencerminkan nuansa modern. Seiring berjalannya waktu, fungsi gedung ini mengalami perubahan signifikan.
Pada tahun 1942-1953, gedung ini menjadi Balai Pertemuan Masyarakat, kemudian berubah menjadi tempat pertemuan bagi keturunan Belanda, Cina, dan Bangsawan pada tahun 1953-1955.