Tarian Kebalai, Tradisi Sakral Penghibur Duka di Pulau Rote

Pulau Rote, yang terletak di ujung selatan Indonesia, menyimpan kekayaan budaya yang mendalam, salah satunya adalah tarian kebalai. Tarian ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai ritual penting dalam acara kematian, mempererat solidaritas sosial dan memberikan penghiburan bagi keluarga yang berduka.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Selanjutnya, kaki kanan melangkah maju, diikuti oleh kaki kiri ke samping, mengikuti arah putaran lingkaran ke kanan. Tangan peserta, yang disebut mana kaule (dalam bahasa Dewan), direntangkan dalam posisi menyilang, dengan jari-jari saling berpegangan erat.

Gerakan tarian ini dipandu oleh seorang Manahelo (pemimpin tarian kebalai) bersama Manakaule (peserta tarian). Nyanyian kebalai dimulai oleh Manahelo, yang menyanyikan bait pertama secara solo. Kemudian, Manakaule menyambut dengan melanjutkan bait kedua, dinyanyikan secara berkelompok.

Dalam tarian kebalai, tidak ada pembedaan status sosial, budaya, suku, atau agama. Gerakan serentak dalam hentakan kaki melambangkan kebersamaan dan persatuan, sekaligus berfungsi sebagai pengatur tempo lagu dalam tarian kebalai.

- Advertisement -
Tarian Kebalai Kematian
Img: Antara

Esensi dari nilai Tarian Kebalai Kematian

Menurut masyarakat Rote, tarian kebalai kematian selalu diadakan saat ada seseorang yang meninggal, dengan tujuan memberikan penghiburan kepada keluarga yang berduka. Bagi mereka, melakukan tarian kebalai dalam acara kematian, melalui gerakan kaki dan tangan, memberikan kepuasan batin tersendiri.

Ketika menyanyikan syair-syair dalam tarian kebalai kematian, seolah-olah mereka dibawa ke dalam memori kolektif yang sama tentang orang yang telah meninggal, menciptakan ikatan emosional yang mendalam.

Baca Juga :  5 Pesona Telaga Nirwana, Si Cantik dari Pulau Rote
- Advertisement -