Tarian Kebalai, Tradisi Sakral Penghibur Duka di Pulau Rote

Pulau Rote, yang terletak di ujung selatan Indonesia, menyimpan kekayaan budaya yang mendalam, salah satunya adalah tarian kebalai. Tarian ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai ritual penting dalam acara kematian, mempererat solidaritas sosial dan memberikan penghiburan bagi keluarga yang berduka.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Pulau Rote, yang juga sering disebut sebagai Pulau Roti, dikenal dengan kedua nama tersebut. Pergeseran penggunaan dari Rote ke Roti mencerminkan pengaruh bahasa Melayu.

Meski begitu, penduduk setempat tetap menggunakan nama Rote, yang merupakan pemberian dari bangsa Portugis sebelum masa penjajahan Belanda. Saat ini, Rote merupakan bagian dari Kabupaten Rote Ndao, dengan ibu kota bernama Ba’a.

Pulau Rote terletak di ujung selatan Indonesia dan Kabupaten Rote Ndao menjadi kabupaten kelima di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang diresmikan pada tahun 2002. Kabupaten ini terdiri dari 6 kecamatan, 72 desa, dan 8 kelurahan. Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Rote Ndao adalah tarian kebalai.

- Advertisement -

Kesenian tradisional seperti tarian berkembang melalui tradisi sosial di dalam komunitas masyarakat. Tarian adat ini berfungsi menjaga dan memperkuat rasa kebersamaan sosial. Walaupun dalam praktiknya, tarian tersebut didukung oleh individu-individu dari masyarakat, kesenian ini tetap menjadi simbol budaya kolektif.

Tarian kebalai merupakan seni tradisi yang dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Rote. Selain sebagai tarian, kebalai juga melibatkan nyanyian yang biasanya ditampilkan pada musim panen pohon lontar dan upacara kematian. Syair-syair yang dinyanyikan dalam tarian ini disesuaikan dengan konteks acara, seperti asal usul manusia, kehidupan, pernikahan, kematian, dan perdamaian.

Ritual dan Masyarakat

Tarian Kebalai Kematian
Tarian Kebalai

Menurut Durkheim, ada tiga prinsip penting dalam ritual. Pertama, ritual berfokus pada pengalaman luar biasa (sakral) yang tertanam dalam ikatan sosial dan moral. Kedua, ritual didasarkan pada representasi kolektif yang mencerminkan dasar pemikiran religius dan logis dalam budaya.

- Advertisement -

Ketiga, ritual bukan sekadar penerapan teori semu atau ilusi, melainkan diwujudkan dalam tindakan sehari-hari (Mustofa, 2020). Berdasarkan ketiga prinsip ini, Durkheim berpendapat bahwa ritual akan terus memperkuat solidaritas sosial, menjaga keharmonisannya di tengah masyarakat (Ahmad, 2021).

Baca Juga :  Sejarah Tari Cerana, Tarian Masyarakat Kupang sih Pemikat Hati

Lebih lanjut, Durkheim menjelaskan bahwa ritual berkaitan dengan tradisi. Ritual merupakan institusi yang bersifat konservatif, yang menyatukan orang dan mendorong mereka untuk merujuk ke masa lalu sebagai pedoman dalam menjalankan ritual atau tradisi.

Durkheim menekankan peran penting ritual dalam menciptakan solidaritas, yang pada akhirnya menghasilkan hubungan yang harmonis antaranggota masyarakat (Barry, 2015). Berdasarkan pandangan ini, dapat dikatakan bahwa ritual atau tradisi memiliki peran penting dalam menjaga kehidupan masyarakat.

- Advertisement -