Sureq La Galigo V: Cinta, Perang, dan Takdir yang Menentukan

Sawerigading, dalam penyamarannya sebagai saudagar, berjuang melewati rindu tanah air dan janji sumpahnya untuk tidak kembali ke Luwuk sebelum memiliki anak laki-laki. Kisahnya berlanjut dengan penolakan dan peperangan, hingga akhirnya ia menemukan cinta sejatinya dan menghadapi tantangan takdir dalam perjalanan yang penuh emosi dan pengorbanan.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Akhirnya, orang tua I We Cudai menyarankan Sawerigading untuk menikah dengan seorang wanita keturunan lebih rendah sebagai cara untuk melunakkan hati I We Cudai. Sawerigading memilih seorang wanita bernama I We Cimpau, yang wajahnya mirip dengan istri kesayangannya di Luwuk, I We Pandan Rangeng. Setelah pernikahan dengan I We Cimpau, Sawerigading kembali menemui I We Cudai di istana Cina.

Pada awalnya, I We Cudai tetap menolak Sawerigading, tetapi lama-kelamaan hatinya mulai melunak. Ia terkesan dengan kemampuan Sawerigading menguasai berbagai bahasa serta cerita-cerita perjalanannya.

Setelah itu, Sawerigading lebih sering mengunjungi I We Cudai, dan hal ini membuat I We Cimpau merasa resah hingga akhirnya memutuskan untuk bercerai. I We Cimpau pun meninggalkan Sawerigading dan tinggal di istana di daerah Mario, tempat kelahiran I La Galigo.

- Advertisement -

Setelah beberapa bulan, I We Cudai akhirnya mengandung anak Sawerigading. Namun, proses kelahiran anak tersebut mengalami banyak kesulitan. I We Cudai sangat kesakitan hingga Sawerigading memerintahkan para bissu (pendeta ritual) untuk melakukan pertarungan demi mempermudah proses kelahiran, sebagaimana tradisi yang diwarisi dari keturunan Batara Guru.

Meskipun banyak bissu gugur, proses kelahiran tetap berlangsung sulit. Barulah ketika Sawerigading memanggil anaknya di tengah hujan badai, bayi itu akhirnya lahir. Anak tersebut diberi nama I La Galigo, sesuai dengan sumpah Sawerigading. Namun, setelah I La Galigo lahir, I We Cudai menolak kehadiran anak itu. Akhirnya, I La Galigo diserahkan kepada I We Cimpau, mantan istri Sawerigading. I We Cimpau membesarkan I La Galigo di negeri Mario.

Sejak kecil, I La Galigo mengira bahwa I We Cimpau adalah ibu kandungnya. Ketika berusia tiga tahun, ia mendengar dari sepupunya bahwa ibu kandungnya sebenarnya adalah I We Cudai, yang telah menjadi Ratu Cina. I La Galigo kemudian meminta kepada Sawerigading untuk membawanya ke Cina agar dapat mengikuti pertandingan adu ayam.

- Advertisement -
Baca Juga :  Makamba Makimbi, Kepercayaan Asli Suku Mbojo Ratusan Tahun Silam

Setibanya di Cina, saat pertandingan adu ayam berlangsung, I We Cudai tanpa sengaja melihat seorang anak yang sangat gembira karena ayam jantan miliknya menang. I We Cudai bertanya siapa anak itu. Sawerigading menjawab bahwa anak itu adalah anak yang pernah ia lahirkan tetapi ditolaknya dulu.

Mendengar hal itu, I We Cudai ingin mengundang anaknya ke istana, tetapi Sawerigading menolak, entah karena sakit hati atau alasan lain. Setelah dibujuk oleh La Satung Pukik, ayah I We Cudai, barulah I La Galigo diizinkan masuk ke istana. Di sana, untuk pertama kalinya, I La Galigo bertemu kembali dengan ibunya. Setelah itu, I La Galigo tinggal di negeri Cina.

Tak lama setelah itu, I We Cudai melahirkan seorang putri bernama Wetenri Ro. Kelahiran Wetenri Ro terbilang unik karena ia dilahirkan dalam keadaan berpakaian bissu. Namun, ada yang aneh: sejak lahir, Wetenri Ro hanya bisa berbaring tanpa bergerak dan tidak pernah berbicara.

- Advertisement -

Setelah berkonsultasi dengan Wetenri Abeng, diketahui bahwa kesembuhan Wetenri Ro bergantung pada lambang-lambang bissu yang pernah ditinggalkan Wetenri Abeng di Luwuk saat ia naik ke dunia atas.

Demi menyelamatkan adiknya, I La Galigo memutuskan pergi ke Luwuk dengan menumpang kapal I La Wenterang. Selama I La Galigo berlayar, I We Cudai melahirkan putri keduanya, yang diberi nama Wetenri Balobo.

Setibanya di Luwuk, kedatangan I La Galigo disambut dengan suka cita oleh kakek dan neneknya, yang telah lama menantikan kehadiran cucu mereka. I La Galigo mengunjungi seluruh kerabat ayahnya, termasuk istri-istri Sawerigading, dan mulai mencari lambang-lambang bissu untuk kesembuhan adiknya.

Selain mencari lambang-lambang itu, I La Galigo jatuh cinta kepada seorang wanita bernama Rajeng Risompa, meskipun ia sudah memiliki suami. Akhirnya, Rajeng Risompa berpisah dengan suaminya dan menikah dengan I La Galigo. Keduanya kemudian meninggalkan Luwuk dan pergi ke Cina.

Baca Juga :  Asal Usul Nama Garut, Berawal dari Salah Pengucapan Orang Belanda "Gagarut"

Setelah berhasil mengumpulkan semua lambang bissu, I La Galigo kembali ke Cina. Singkat cerita, Wetenri Ro akhirnya sembuh dan menjadi seorang bissu. Setelah kembali ke negeri Cina, Sawerigading menyelenggarakan beberapa perkawinan lagi untuk anak-anaknya, termasuk pernikahan Wetenri Balobo.


Kami membagi kisah Sureq La Galigo menjadi 6 bagian:

*Mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam kisah dan penulisan nama tokoh dalam tulisan ini

- Advertisement -