Sop konro adalah hidangan wajib bagi masyarakat di Kota Makassar. Konon, sop kondro berawal dari daging kerbau, dimana saat ritual masyarakat akan memotong kerbau kemudian bagian tulang dimasak dengan bumbu sederhana.
Awal tahun 90-an, masyarakat Makassar baru mempopulerkannya dengan daging sapi. Sebelumnya masyarakat lebih mengenal daging kerbau untuk diolah dalam berntuk makanan berkuah.
Proses memasak sop ini sangat detail. Karena jika memasak tulang iga tidak pas, maka dagingnya terasa keras. Cara memasaknya, pertama, didihkan air, lalu masukkan tulang kondro, masak setengah empuk. Lalu buang airnya. Ini dilakukan agar kotoran atau lemak keluar dan terbuang dan menghilangkan bau amis.
Kemudian rebus air baru, masukkan bumbu bersama rebusan tulang hingga empuk. Bumbu yang digunakan terdiri dari kayu manis, kapulaga, bawang merah, cengkeh, daun salam, lengkuas, kluwek, bawang putih, jahe, batang serai, jinten, kunyit, kemiri, biji pala, merica, dan ketumbar. Beberapa bahan tersebut diuleg hingga halus. Jika ingin citarasa yang khas, maka sebaiknya bumbu tersebut jangan diblender.
Bumbu yang telah dihaluskan tersebut ditumis hingga matang dan harum, lalu masukkan irisan bawang, lengkuas, daun salam. Bumbu yang sudah matang ditumis tersebut masukkan ke dalam panci yang berisikan iga yang sudah empuk, aduk hingga rata, kemudian masukkan sisa bahan seperti asam jawa, gula pasir, kayu manis, cengkeh, garam, kapulaga.
Setelah tercampur dan matang, masukkan irisan daun bawang. Aduk kembali dan cicipi.
Jika ingin mencobanya di rumah yang harus lebih diperhatikan adalah keempukan daging dan tidak lepas dari iga. Daging yang melekat pada iga akan memiliki ciri khas sop konro.
Sajikan sop konro dalam mangkuk dan sepiring nasi untuk sarapan pagi, makan siang, ataupun malam. Disantap selagi panas. Ditambah aroma rempah yang tercium akan menambah selera makan.
Kuah coklat agak kehitaman, bahkan mungkin ada sedikit minyak dari kaldu daging membuat makanan itu tak akan lama dibiarkan di dalam mangkuk. Satu suapan masuk ke dalam mulut, maka dijamin akan terus menyantapnya hingga suapan terakhir. (*indonesia.go.id)