Nuaulu adalah salah satu suku bangsa yang ada di Provinsi Maluku, Indonesia. Mereka mendiami salah satu pulau yang tergabung dalam provinsi tersebut, yaitu Pulau Seram yang termasuk dalam wilayah Maluku Tengah. Di kalangan mereka ada suatu tradisi yang termasuk dalam upacara lingkaran hidup individu, yaitu upacara yang berkenaan dengan masa kandungan seseorang apabila telah mencapai usia sembilan bulan.
Kehamilan bagi masyarakat Nuaulu dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu upacara.
Upacara baru diadakan pada usia kandungan telah mencapai sembilan bulan karena masyarakat Nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai 9 bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib.
Bukan saja bagi dirinya sendiri dan anak yang dikandungnya, tetapi juga orang lain di sekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Dan, untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, si perempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di posuno.
Selain itu mereka juga beranggapan bahwa pada hakekatnya kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan. jadi dalam hal ini (masa kehamilan 1-8 bulan) oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya bentuk kehidupan.
Penyelenggaraan upacara kehamilan diadakan ketika usia kandungan seorang perempuan telah mencapai sembilan bulan. Patokan yang dipakai untuk mengetahui usia kandungan seorang perempuan adalah dengan meraba bagian perut perempuan tersebut yang dilakukan oleh dukun beranak (irihitipue).
Apabila irihitipue menyatakan bahwa usia kandungan perempuan tersebut telah mencapai 9 bulan, maka ia akan mengisyaratkan kepada seluruh perempuan dewasa anggota kerabat perempuan tersebut untuk segera mempersiapkan perlengkapan, peralatan dan bermusyawarah untuk menentukan waktu penyelenggaraan upacara (dapat pagi, siang atau sore hari).
Musyawarah penentuan hari oleh perempuan dewasa anggota kerabat perempuan yang sedang mengandung itu dinamakan mawe. Jadi, penentuan kapan akan dilaksanakan upacara kehamilan tergantung dari hasil mawe tersebut.
Sebagai catatan, upacara masa kehamilan tidak boleh dilaksanakan pada malam, karena malam hari dianggap saat-saat bergentayangan berbagai jenis roh jahat yang dapat menyusup ke tubuh ibu maupun sang jabang bayinya, sehingga bisa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (buruk) pada anak yang bersangkutan. Sedangkan tempat pelaksanaan upacara kehamilan sembilan bulan dilakukan di rumah perempuan yang sedang mengandung dan di posuno.
Penyelenggaran upacara kehamilan sembilan bulan melibatkan di dalamnya pemimpin upacara dan peserta upacara. Pemimpin upacara adalah irihitipue (dukun beranak). Irihitipue adalah suatu gelar khusus bagi seorang perempuan yang bertugas membantu dalam proses melahirkan.
Dengan kata lain, irihitipue dapat disebut sebagai bidan tradisional atau dukun bayi. Selain sebagai dukun, irihitipue juga dianggap sebagai orang yang berpengetahuan tentang hal-hal gaib yang berkisar di sekitar dunia roh. Oleh karena itu, dia biberi hak dan tanggung sebagai penyelenggara teknis upacara bagi perempuan, baik upacara haid pertama, kehamilan, maupun upacara setelah melahirkan.