Jam empat sore, saya menuju Desa Waekokak. Di desa inilah Bukit Watundoa berada. Letaknya di ujung barat Kelurahan Mbay II, tak jauh dari desa Waekokak. Jaraknya sekitar 10 km dari Kota Mbay Ibukota Kabupaten Nagekeo, kira-kira 30 menit berkendara. Di desa itu pemandangan eksotis terhampar luas. Desa ini juga terkenal dengan persawahan Mbay kirinya.
Untuk menuju Watundoa, saya melewati desa transmigrasi Waekokak dengan menyusuri persawahan. Tambak nelayan, kolam alam Nangadhawe, tambak garam, dan hutan bakau yang luas jadi teman perjalanan saya sore itu.
Sampai di ujung jalan, saya memarkirkan motor dan berjalankan kaki sejauh 100 meter menuju Watundoa. Akses ke Watundoa tak begitu baik. Saya harus melewati genangan air akibat belum adanya jembatan.
Menjalang petang, kusempatkan berkeliling sambil menunggu sunset di puncak bukit. Di bagian bawah bukit terdapat gua batu yang terbetuk akibat pukulan ombak sejak ratusan tahun lalu.
Saya juga menemukan salah satu lubang yang oleh masyarakat adat Mbaydhawe disebut lubang angin Watundoa. Konon oleh tokoh Mbaydhawe di Watundoa, lubang angin itu terhubung sampai ke kampung adat Oladhawe, yang berjarak 15 km. Masyarakat percaya, jika alu (sejenis alat tumbuk tradisional) ataupun benda apapun dari kampung adat Ola Dhawe dibuang ke dalam lubang, benda itu akan tiba di Watundoa.
Lubang angin Watundoa juga jadi habitat lobster dan mahluk laut lainnya. Di sekitar Watundoa terbentang pesisir pantai ke arah timur muara Marodaka hingga barat.
Di bagian baratnya terdapat bukit Wewo Nangaliang. Disebut demikian karena letaknya yang tepat di pinggir Nangadhawe. Karena bentuknya seperti goa dan terlindung dari terik matahari dan hujan, para nelayan dari desa Waekokak menjadikannya tempat berteduh setelah menjala ikan. Pada bagian utara Wewo Nangaliang juga terdapat Ngalungwatu, sebuah batu yang bentuknya menjorok ke laut.
Menjelang malam, saya memanjat tebing Watundoa. Tidak terlalu terjal. Batu batu kecil berbentuk tangga bentukan alam membuat saya cukup mudah menuju puncak. Dari atas bukit, suguhan alam memanjakan mata.
Pantai merah jambu di arah barat mengobati lelahnya perjalanan saya, seakan berada di nirvana syahdu. Angin sepoi dibalut suara lembuat laut, ditemani salmon bulan yang indah dari timur dan sunset di arah barat jadi hal paling indah sore itu.