Pantai Sukamade, Saksi Siklus Kehidupan Purba

Alam berbicara di Sukamade—kadang lewat suara ombak, kadang lewat langkah lambat seekor penyu. Dan siapa pun yang cukup sabar untuk mendengarkan, akan pulang dengan sesuatu yang tak bisa dibeli: rasa kagum, dan kesadaran baru tentang hidup.

Nagekeo yang Tak Banyak Orang Tahu, Temukan di Edisi Spesial Ini!

Temukan kekayaan budaya, adat istiadat, sejarah, wisata, dan kuliner khas Nagekeo melalui Majalah Digital Dimensi Indonesia. Dikemas secara menarik dengan pendekatan ilmiah yang ringan.
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Ada kalanya perjalanan membawa kita tidak hanya ke tempat, tapi juga ke masa—dan Pantai Sukamade adalah salah satu tempat itu. Tersembunyi di ujung selatan Banyuwangi, di dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Sukamade bukan hanya pantai biasa.

Ia adalah ruang sunyi yang menjadi saksi siklus kehidupan purba: saat penyu-penyu besar dari samudera datang ke daratan hanya untuk satu tujuan—menitipkan generasi mereka pada butiran pasir yang hangat.

Perjalanan menuju Sukamade bukan tanpa tantangan. Dari kota Banyuwangi, pengunjung harus menempuh perjalanan panjang sekitar 5–6 jam melewati jalan berlumpur, sungai tanpa jembatan, serta hutan lebat yang sesekali memperlihatkan sekilas satwa liar melintas.

- Advertisement -

Namun justru perjalanan inilah yang menjadi pembuka kisah. Di balik rimbun hutan tropis dan semak belukar, terbentang garis pantai panjang dan sepi, dengan deburan ombak Samudera Hindia yang terasa begitu dekat namun juga menggetarkan.

Pantai Sukamade

Sukamade terkenal sebagai habitat alami penyu—terutama penyu hijau (Chelonia mydas)—yang setiap tahun datang untuk bertelur, terutama pada malam hari. Dalam keheningan, para petugas konservasi dan pengunjung dengan hati-hati menyaksikan proses bertelur penyu yang berlangsung selama satu hingga dua jam.

- Advertisement -

Pemandangan ini bukan hanya langka, tapi juga menggetarkan hati—seekor penyu dewasa, dengan gerakan lambat namun pasti, menggali lubang dan menyimpan hingga ratusan telur sebelum kembali lagi ke laut, meninggalkan anak-anaknya dalam pelukan alam.

Di pagi hari, suasana Sukamade berubah menjadi lebih riuh dengan suara ombak dan burung-burung pesisir. Salah satu momen paling menyentuh adalah saat petugas melepaskan tukik—anak penyu—kembali ke laut.

Tukik-tukik mungil itu berjuang mencapai bibir ombak, seperti mewarisi semangat para leluhur mereka yang telah lebih dulu mengarungi samudera. Melihat mereka berbaris perlahan menuju laut biru menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi siapa pun yang menyaksikannya.

- Advertisement -
Baca Juga :  Pantai Maimol, Keindahan Alam & Keberagaman Ekosistem di Alor

Pantai Sukamade

Tidak seperti destinasi wisata yang dipoles dengan fasilitas mewah, Sukamade justru menjaga kesederhanaannya. Akomodasi hanya berupa losmen sederhana milik Taman Nasional, dengan listrik terbatas dan sinyal telepon yang nyaris nihil. Namun justru inilah keistimewaannya. Di Sukamade, manusia dituntut untuk menyelaraskan diri dengan alam, bukan sebaliknya.

Pantai Sukamade bukan tempat untuk sekadar berswafoto atau bersantai di bawah payung warna-warni. Ia adalah tempat untuk belajar tentang kehidupan, perjuangan, dan kelestarian. Di tempat ini, setiap jejak kaki berarti, setiap cahaya senter harus diarahkan dengan bijak, dan setiap langkah manusia harus disadari sebagai bagian dari ekosistem yang lebih besar.