Paniki, Kelelawar dalam Sajian Kaya Rasa

Menikmati Paniki bukan hanya tentang menjajal rasa baru, tetapi juga menghargai kedalaman budaya dan tradisi kuliner yang telah ada selama berabad-abad. Memahami dan menghormati selera lokal memberikan kesempatan bagi kita untuk melihat keindahan keberagaman yang ada.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Ketika berkunjung ke Sulawesi Utara, terutama di Minahasa, ada satu pengalaman kuliner yang unik dan tak terlupakan: mencicipi Paniki. Hidangan berbahan dasar kelelawar ini mungkin terdengar ekstrem bagi sebagian orang, tetapi bagi masyarakat setempat, Paniki adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya mereka.

Hanya kelelawar pemakan buah yang digunakan, yang dagingnya dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional daerah ini. Meski memiliki tekstur sedikit alot, rasa gurihnya yang khas menjadikannya favorit turun-temurun.

Paniki bukan sekadar makanan, melainkan simbol warisan kuliner Minahasa yang kaya akan tradisi. Hidangan ini menjadi pengingat bahwa setiap budaya memiliki keunikan tersendiri, sering kali dipandang aneh atau ekstrem oleh orang luar.

- Advertisement -

Di beberapa negara Eropa, misalnya, daging kuda dianggap biasa, sementara di Asia Tenggara, kelelawar diolah menjadi santapan dengan cita rasa lokal yang memikat. Di Manado, Paniki dimasak menggunakan rempah-rempah khas Sulawesi Utara, seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan santan. Proses memasaknya yang memakan waktu hingga dua jam menghasilkan aroma yang menggoda dan rasa pedas yang menggigit.

Paniki
Paniki atau kalelawar

Bagi sebagian masyarakat Minahasa, Paniki juga dipercaya memiliki manfaat kesehatan, seperti membantu meredakan alergi dan asma. Meski klaim ini belum terbukti secara ilmiah, keyakinan tersebut menambah daya tarik hidangan ini di kalangan penduduk lokal. Namun, bagi mereka yang pertama kali mencicipinya, Paniki lebih tentang eksplorasi rasa dan pengalaman kuliner yang berbeda.

Pasar-pasar tradisional di Manado, seperti Pasar Bersehati dan Pasar Pinasungkulan, menjadi pusat utama untuk mendapatkan Paniki. Pasar-pasar ini tidak hanya menawarkan bahan baku Paniki tetapi juga menjadi daya tarik wisata kuliner bagi mereka yang mencari sesuatu yang berbeda. Selain Paniki, berbagai jenis daging eksotis lainnya juga tersedia di tempat ini, menjadikannya surga bagi pecinta kuliner unik.

- Advertisement -
Baca Juga :  Mesundeng, Upacara Tradisional untuk Mengusir Bala dan Penyakit

Namun, keberadaan Paniki sebagai bagian dari tradisi kuliner Minahasa juga menghadapi tantangan. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara telah membatasi kuota penangkapan kelelawar.

Selain itu, upaya juga dilakukan untuk menyediakan alternatif ekonomi bagi masyarakat lokal agar tidak terlalu bergantung pada perdagangan satwa liar. Dengan cara ini, Paniki tetap dapat dinikmati sebagai warisan budaya tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan.

- Advertisement -