Nenek moyang Suku Ogan berasal dari masyarakat yang dahulu tinggal di Gunung Dempo, dataran tinggi Basemah. Berdasarkan temuan arkeologis, suku ini telah menetap di wilayah tersebut sejak sekitar 4.500 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2.500 SM.
Kemudian, mereka perlahan turun menuju daerah di sekitar Sungai Ogan, dengan tujuan mencari pemukiman baru. Dalam prosesnya, mereka berinteraksi dengan masyarakat setempat yang sudah ada di sekitar sungai, hingga terbentuk kebudayaan yang khas.
Sebagai informasi, pemukiman di sepanjang Sungai Ogan sebenarnya telah ada jauh sebelum kedatangan nenek moyang suku ini. Temuan arkeologi yang ditemukan di Gua Harimau, salah satu situs purbakala di Sumatra Selatan, menunjukkan bahwa peradaban di sekitar Sungai Ogan telah ada sejak puluhan ribu tahun yang lalu.
Bahkan, diyakini bahwa wilayah ini sudah dihuni sejak zaman es. Pada masa itu, wilayah tersebut ditempati oleh komunitas Ras Australomelanesid. Setelah kedatangan Ras Mongoloid, kedua kelompok ras ini menyatu dan membentuk komunitas masyarakat baru.
Sumber sejarah lainnya menyebutkan bahwa nenek moyang Suku Ogan juga berasal dari berbagai daerah seperti Lampung, Palembang, dan Tanah Jawa. Beberapa yang tercatat di antaranya adalah:
- Keluarga Sanghyang Sakti Nyata: Berdasarkan catatan dari masyarakat Lampung Pesisir Way Lima, Sanghyang Sakti Nyata memiliki tujuh orang anak yang menjadi leluhur bagi Suku Ogan, Rejang, Semende, Pasemah, Komering, dan Lampung.
- Pengikut penguasa Palembang yang pernah hijrah ke Ogan Ilir, antara lain:
- Pangeran Sido ing Rajek yang menetap di Desa Saka Tiga (Inderalaya) pada tahun 1659
- Sultan Mahmud Badaruddin II Pangeran Ratu yang berada di Desa Tanjung Lubuk pada tahun 1821
- Sultan Ahmad Najamuddin IV Prabu Anom yang menetap di Hulu Sungai Ogan pada tahun 1824-1825
Pembagian Suku Ogan
Masyarakat Suku Ogan terbagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan letak geografis pemukiman mereka di sepanjang Sungai Ogan, yaitu Ogan Iliran dan Ogan Uluan.
- Ogan Iliran: Suku Ogan ini menghuni wilayah sepanjang aliran hilir Sungai Ogan. Kelompok ini terbagi lagi menjadi dua sub-suku:
- Suku Pegagan: Mereka mendiami daerah Marga Pegagan Ilir Suku I, Suku II, dan Suku III. Selain itu, suku Pegagan juga dibagi lagi menjadi dua sub-kelompok, yaitu Pegagan Ulu dan Pegagan Ilir.
- Suku Penesak: Masyarakat suku ini tersebar di Kecamatan Tanjung Batu, Padaraman, dan sebagian Kecamatan Lubuk Keliat.
- Ogan Uluan: Suku Ogan ini menempati daerah sepanjang aliran hulu hingga tengah Sungai Ogan. Suku ini terbagi menjadi dua sub-suku:
- Suku Rambang Senulingku: Mereka menetap di berbagai daerah seperti Marga Muara Kuang, Marga Lubuk Keliat, Marga Rantau Alai, dan sejumlah wilayah lainnya seperti Tembangan Kelekar, Rambang Suku IV, dan Lubai Suku I.
- Suku Ogan Hulu: Kelompok ini tinggal di wilayah Kecamatan Ulu Ogan, Pengandonan, Baturaja, dan Lubuk Batang (Kabupaten Ogan Komering Ulu), serta Muara Kuang (Kabupaten Ogan Ilir).
Selain dua kelompok besar ini, masih terdapat banyak sub-suku yang merupakan keturunan dari Suku Ogan dan tersebar di berbagai daerah.
Sebagian besar masyarakat Suku Ogan memiliki mata pencaharian sebagai petani, sehingga hasil pertanian menjadi sumber pangan utama bagi mereka.
Budaya Suku Ogan
Mayoritas masyarakat Suku Ogan merupakan pemeluk agama Islam yang taat. Oleh karena itu, hampir seluruh aspek budaya dan adat-istiadat mereka dipengaruhi oleh budaya Islam dan Melayu.
Pengaruh ini dapat dilihat dari beberapa tradisi lama yang masih dilestarikan oleh masyarakat Suku Ogan hingga saat ini.