Titik tengah Indonesia tidak lain berada di Desa Umpungeng yang berada di Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Desa Umpungeng merupakan suatu dusun terpencil yang berlokasi sekitar 100 km dari sebelah utara kota Makassar dan 10 km sebelah barat daya dari Ibu kota Kabupaten Soppeng. Di desa ini, terdapat suatu wilayah yang dijuluki sebagai Posi’na Tanae yang dalam bahasa bugis berarti pusar (pusat) tanah.
Wilayah ini telah digunakan sebagai tempat pelantikan Bupati Kabupaten Soppeng yaitu H. Andi Kaswadi Razak.
Wilayah tersebut merupakan tanah lapang yang dibatasi oleh bebatuan besar yang membentuk lingkaran. Di tengah-tengah tanah tersebut, terdapat batu yang menutupi sebuah lubang yang ada di bawah tanah yang merupakan penanda titik tengah Indonesia berada.
Batu yang dipagari dengan pagar besi tersebut dikelilingi batu padas tersusun melingkar dan pada bagian sudutnya terdapat susunan batu berbentuk mirip tempat duduk. Konon dahulu dijadikan sebagai tempat musyawarah para raja sekaligus pelantikan para datuk dan raja pada zamannya.
Batu di tengah susunan batu melingkar itu dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai titik tengah Indonesia, sementara deretan batu yang tersusun melingkar itu disebut masyarakat setempat sebagai Garugae.
Menurut penuturan penduduk setempat, lubang tersebut tidak memiliki dasar sehingga penduduk terdahulu harus menutupinya dengan batu besar.
Dengan dibatasi oleh pagar kecil, pengunjung diperbolehkan untuk melihat lebih dekat bahkan menyentuh batu tersebut. Uniknya, menurut salah satu penuturan penduduk setempat, hanya di tanah tersebut rerumputan dapat tumbuh dengan baik, sehingga pengunjung diarahkan untuk lebih berhati-hati ketika menginjakkan kaki disana.
Dahulu kala, Umpungeng jadi tempat pelarian dan tempat beristirahat para raja, termasuk raja dari Kerajaan Bone, Arung Palakka, saat terjadi perang antara ke Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa, yang dipimpin Sultan Hasanuddin Kala itu. Arung Palakka bersembunyi di daerah Umpungeng atas bantuan Arung Umpungeng.
Di sana ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama Bola Manurung. Di sanalah dahulu kala Arung Palakka bersembunyi dari kejaran pasukan Kerajaan Gowa. Di sana terdapat benda peninggalan raja, bahkan potongan rambut Arung Palakka di rumah tersebut.
Setiap tahunnya di Bola Manurung tersebut dilaksanakan pencucian benda pusaka. Kegiatan itu disebut Maccera Tana dan Mallangi Arajang (memberikan persembahan kepada tanah dan mencuci benda pusaka). Kegiatan ini berlangsung setidaknya selama tiga hari tiga malam dan biasanya dilaksanakan setiap bulan Februari dan Maret setiap tahunnya.
Desa Umpungeng terletak di deretan perbukitan yang menyerupai tubuh manusia yang terbujur ke barat. Umpungeng sendiri terletak di tengah, sehingga menyerupai pusar manusia.
Desa ini juga diapit oleh dua gunung, yakni Gunung Neneconang dan Gunung Laposo, yang tingginya antara 1000 hingga 1500 mdpl. Sayangnya, desa ini masih sulit untuk diakses dikarenakan jalanan yang tidak rata dan curam.