Melihat Rumah Adat Tuaninu, Sang Penjaga Peradaban

Rumah adat merupakan suatu bentuk interpretasi budaya suatu daerah yang kaya akan ragam, keunikan, sejarah dan filosofinya. Salah satu rumah adat yang terdapat di Indonesia yaitu rumah adat di kampung tuaninu tepatnya di Desa Kusa, Kecamatan Malaka Timur, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Kampung Adat Tuaninu dikenal sebagai Kampung magis. Kampung ini dikelilingi pagar batu setinggi 1 meter lebih. Beringin besar menjadi pintu masuknya. Masyarakat Tuaninu meyakini jika ada tamu yang berniat buruk, yang bersangkutan tak akan mampu melewati pohon beringin tersebut.

Warga desa juga punya larangan tidak boleh meninggalkan atau masuk desa sebelum dan setelah jam 6. Aturan ini telah berlangsung sejak awal berdirinya kampung adat. 

- Advertisement -

***

Rumah adat laku Lake adalah salah satu rumah sakral tempat menyimpan benda-benda pusaka. Sayangnya hanya warga tertentu yang diperbolehkan masuk ke dalam dan harus mengenakan tenunan yang terbuat dari kapas.

Meski bernuansa mistis namun warga Tuan ini telah meninggalkan agama Suku dan kini sebagai penganut agama Katolik. Para tua Adat juga nampak asyik dengan kebiasaan memakan sirih walaupun tak bergigi lagi karena makan sirih pinang tak bisa lepas dari keseharian mereka.

- Advertisement -

Sang surya telah condong ke barat namun kelihat warga Kampung masih bergemuruh, tak ketinggalan anak-anak pun bermain dengan lincah

Uniknya penunggu rumah adat Tuaninu adalah kaum wanita sedangkan kaum lelakinya tidak diperkenankan menjaga rumah adat. Masyarakat Kabupaten Malaka masih menganut sistem matrilineal di mana kaum perempuan memiliki peran lebih tinggi dalam strata kekerabatan dibanding kaum prianya

Meski begitu, perkara masak-memasak tetap dilakukan wanita-wanita tangguh di kampung tradisional Tuaninu dengan semangat. Gelap mulai merayap di perbukitan kampung adat Tuaninu yang belum tersentuh jaringan listrik.

- Advertisement -

Bising suara generator dan penerangan seadanya menemani suasana bahagia semua yang terlibat dalam ritual adat berkumpul, membentuk lingkaran menyantap hidangan Makan malam dengan penuh keakraban.

Tua muda, kecil besar, menikmatinya dengan syukur yang mendalam. Biasanya usai santap bersama, dilanjutkan dengan tarian PB dan likurai namun kegedean harus tertunda karena duka yang dialami salah satu kerabat suku Kapitan ronda.

Baca Juga :  Kisah Sangkuriang dan Tangkuban Perahu

Bahagia dan duka susah dan senang tawa dan Tangis merupakan bagian dari hidup dan kehidupan. Namun yang pasti masyarakat kampung ada Tuaninu tetap setia melestarikan nilai leluhur agar tak tergerus di era Milenium.

- Advertisement -