Masjid Agung Demak dan Misteri Pintu Bledeq

Dilihat dari namanya Pintu Bledeg ini berarti petir sehingga seringkali diartikan sebagai pintu petir.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Tempat ibadah yang terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, ini dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dibantu para Wali Songo pada abad ke-15 Masehi setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit. Masjid Agung Demak.

Tak sulit menemukan letak Masjid Agung Demak, pasalnya masjid ini telah menjadi situs ziarah dan objek wisata sejarah yang populer di kota Demak.

Kisah mengenai Masjid Agung Demak selalu mengundang decak kagum, karena tempat ibadah ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya Wali Songo yang membantu menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Oleh sebab itu, kota Demak disebut sebagai kota wali. Pembangunan masjid yang dilakukan oleh raja pertama Demak, Raden Patah, bersama dengan Wali Songo.

- Advertisement -

Momen tersebut tercatat pada temuan prasasti bergambar bulus (hewan sejenis kura-kura) yang bernama Candra Sengkala Memet atau Sariro Sunyi Kiblating Gusti yang memiliki makna tahun 1401 Saka.

Gambar bulus ini terdiri dari angka satu (1),kaki empat berarti angka empat (4), badan bulus yang bulat berarti angka nol (0), serta ekor bulus berarti angka satu (1)

Masjid Agung Demak dibangun dengan gaya khas Majapahit, yang membawa corak kebudayaan Bali. Gaya ini berpadu harmonis dengan langgam rumah tradisional Jawa Tengah.

- Advertisement -

Persinggungan arsitektur Masjid Agung Demak dengan bangunan Majapahit bisa dilihat dari bentuk atapnya. Kubah melengkung yang identik dengan ciri masjid sebagai bangunan Islam malah tak tampak.

Kecuali mustoko yang berhias asma Allah dan menara masjid yang sudah mengadopsi gaya menara masjid Melayu, arsitektur Masjid Agung Demak yang terlihat justru adaptasi dari bangunan peribadatan agama Hindu.

Bentuk ini diyakini merupakan bentuk akulturasi dan toleransi masjid sebagai sarana penyebaran agama Islam di tengah masyarakat Hindu. Dengan bentuk atap berupa tajuk tumpang tiga berbentuk segi empat, atap Masjid Agung Demak lebih mirip dengan bangunan suci umat Hindu, pura yang terdiri atas tiga tajuk.

- Advertisement -
Baca Juga :  Cerita Legenda Goa Mampu, Liang Pitu Lapie yang Terkutuk

Bagian tajuk paling bawah menaungi ruangan ibadah. Tajuk kedua lebih kecil dengan kemiringan lebih tegak ketimbang atap di bawahnya. Sedangkan tajuk tertinggi berbentuk limas dengan sisi kemiringan lebih runcing.

Pintu petir atau bledeg merupakan salah satu pintu utama dari Masjid Demak pada zaman Kerajaan Demak dahulu. Dilihat dari namanya Pintu Bledeg ini berarti petir sehingga seringkali diartikan sebagai pintu petir.

Ada sejarah dan cerita unik dibalik peninggalan Kerajaan Demak ini. Bahkan banyak cerita masyarakat yang beredar terkait Pintu Bledeg yang melegenda dan selalu menjadi bumbu dalam sejarah Kerajaan Demak ini.

Pintu ini juga merupakan Prasasti Condro Sengkolo yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani. Dimana di pintu tersebut terdapat gambar kepala naga. Dalam prasasti itu tertera tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi. Tahun tersebut diprediksi sebagai peletakan batu pertama dari pembangunan Masjid Agung Demak. Pintu bledeg ini memang dulunya digunakan sebagai pintu di masjid tersebut.

Menurut cerita masyarakat sekitar, disebutkan bahwa kisah pintu petir tersebut dimulai saat Ki Ageng Selo (salah satu keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V) itu pergi bekerja di tengah sawah yang terbentang luas.

Lalu tiba-tiba hari yang cerah menjadi mendung yang gelap gulita dan kemudian hujan turun begitu derasnya. Kemudian karena hujan begitu lebat, maka Ki Ageng Selo pun menghentikan pekerjaannya sambil bergumam “sawah iki kemendungan”.

Ki Ageng Selo bergumam demikian karena beberapa meter bagian sawah dari sawah yang kehujanan tersebut tidak ada mendung apalagi hujan, maka Ki Ageng Selo meneruskan pekerjaannya di sawah yang tidak kehujanan.

- Advertisement -