Lobo, Rumah Adat Suku Kulawi Tempat Musyawarah Maradika

Ruangan Lobo dirancang secara detail sesuai dengan fungsinya yang serbaguna. Lantai bangunan ini terdiri dari tiga tingkat yang menunjukkan hirarki sosial penggunanya.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Rumah adat Lobo adalah bangunan berbentuk persegi panjang yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat pada masa lampau. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat musyawarah, pelaksanaan pesta adat, penyambutan tamu kehormatan, serta penginapan bagi mereka yang melanjutkan perjalanan. Dalam pemerintahan raja-raja, Lobo menjadi pusat kesatuan adat, pemerintahan, dan kebudayaan.

Sebagai pusat kegiatan, Lobo menjadi lokasi musyawarah para bangsawan (maradika), ahli cendekiawan adat, dan tokoh penting lainnya. Di dalam bangunan ini, berbagai persoalan penting dibahas, termasuk perumusan undang-undang dan peraturan adat, pelaksanaan pemerintahan seperti pengiriman dan penerimaan pasukan perang, serta penyelesaian perkara hukum.

Rumah adat Lobo
Rumah adat Lobo

Hukuman atas pelanggaran dapat dilaksanakan di Lobo atau di lokasi lain, seperti di bawah pohon di hutan atau di tepi sungai, bergantung pada jenis kejahatannya. Selain itu, Lobo memainkan peran dalam aspek perekonomian. Melalui musyawarah, masyarakat menentukan waktu untuk memulai pembukaan lahan, penanaman, panen, hingga pengelolaan sistem irigasi.

- Advertisement -

Bangunan ini juga menjadi pusat pelaksanaan berbagai pesta adat, seperti upacara untuk keselamatan kampung, ucapan syukur atas hasil panen, serta penyambutan atau pelepasan pasukan perang. Kehadiran tamu-tamu terhormat dari luar daerah juga disambut secara khusus di Lobo, memperlihatkan peran pentingnya dalam menjaga tata kehidupan dan adat istiadat.

Sebagai simbol kekuasaan dan kearifan lokal, Lobo tidak hanya menjadi tempat fisik, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, hukum, dan budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

- Advertisement -

Simbol Kebesaran Tradisional

Ruangan Lobo dirancang secara detail sesuai dengan fungsinya yang serbaguna. Lantai bangunan ini terdiri dari tiga tingkat yang menunjukkan hirarki sosial penggunanya. Bagian tengah berbentuk persegi panjang disebut padence, dilengkapi dengan tiang raja di tengahnya, yang menjadi ruang aktivitas utama. Di sini, rakyat biasa duduk, dan berbagai kegiatan seperti pengaturan makan-minum, menari, serta menyanyi berlangsung.

Baca Juga :  Sarung Tenun Tembe Nggoli, Simbol Identitas Budaya Mbojo

Di sisi kiri dan kanan pintu terdapat ruang panggung yang disebut palangka. Palangka dengan ketinggian sekitar 60 cm di atas padence khusus disediakan untuk kaum bangsawan dan pemangku adat. Di sisi lain, terdapat palangka yang lebih rendah, sekitar 40 cm di atas padence, yang diperuntukkan bagi tamu terhormat dari luar kampung.

- Advertisement -

Keistimewaan Rumah adat Lobo terlihat dari aturan ketat mengenai siapa yang boleh memasukinya. Bangunan ini bukan sekadar tempat sosial, tetapi dianggap keramat, agung, dan suci. Dr. W. Kaudern, seorang peneliti asal Swedia, bahkan menyebut Lobo sebagai “temple,” menunjukkan posisinya yang penting dalam struktur kehidupan masyarakat.

Meskipun sederhana, konstruksi Lobo memancarkan keunikan. Proses pembuatannya sepenuhnya bergantung pada bahan-bahan alami dan keterampilan tradisional. Tiang-tiangnya dibuat dari kayu bundar dengan diameter rata-rata 40 cm, dihaluskan dengan parang tanpa menggunakan alat modern. Semua sambungan tiang, balok, dinding, dan lantai tidak menggunakan paku besi, tetapi menggunakan sistem cuak, lidah-lidah, kait-mengait, serta tali rotan.

Hiasan kepala kerbau menjadi elemen visual yang mencolok pada tiang-tiang utama, baik di dalam maupun di luar bangunan. Pahatan ini terbuat langsung dari kayu tiang, menjadi simbol kekuatan dan perlindungan. Bahkan, tangga masuk Lobo dihiasi dengan pahatan kerbau tidur yang harus diinjak setiap pendatang sebagai bagian dari ritus memasuki ruang padence.

Konstruksi Lobo pun mengikuti aturan adat yang ketat. Misalnya, tiang-tiang harus dipasang dengan arah yang benar, dan balok-balok melintang harus berputar sesuai arah jarum jam, kecuali satu bagian yang sengaja berlawanan untuk mengunci energi negatif.

Baca Juga :  Desa Adat Trunyan, Proses Pemakamannya Unik Bali

Setiap detail dalam pembangunan Lobo mencerminkan keahlian para pemangku adat dan tukang bangunan, dengan tujuan menjaga keselamatan serta keseimbangan bagi masyarakat dan pemerintahan yang memanfaatkannya. Bangunan ini tidak hanya menjadi pusat kegiatan, tetapi juga simbol kebijaksanaan dan tradisi yang diwariskan turun-temurun.

Rumah adat Lobo
Rumah adat Lobo

Berikut adalah penjelasan konstruksi Lobo, sebuah bangunan tradisional khas dengan detail elemen-elemennya:

Komponen Utama Konstruksi Lobo

  • Perawatu, Batu-batu yang berfungsi sebagai alas seluruh bangunan Lobo, menjadi dasar pondasi.
  • Pangoto, Empat balok bundar yang diletakkan di atas perawatu, mengikuti lebar badan Lobo.
  • Paduncu, Dua balok bundar yang memanjang mengikuti badan Lobo, diletakkan di atas pangoto.
  • Palangka, Tiang-tiang yang menopang balok memanjang (ikut badan Lobo). Tiang-tiang ini tertancap di atas dua buah pangoto yang berada di pinggir kanan dan kiri, serta menopang paduncu.
  • Pangketi, Balok segi empat yang didukung oleh tiang palangka.
  • Pomulu, Balok-balok bundar yang lebih kecil, melintang di atas pangketi.
  • Pembiti-Pomulu, Balok bundar besar yang berada di atas pomulu. Fungsinya sebagai penjepit atau penekan untuk mengamankan pomulu.
  • Pomulu-Langa, Balok yang memanjang di atas pembiti-pomulu, mengikuti panjang badan Lobo.
  • Pomulu-Late, Balok yang melintang di atas pomulu-langa.

Perlengkapan di Dalam Rumah adat Lobo 

  • Tambur Besar, Beberapa tambur besar digantungkan di bagian dalam Lobo.
  • Karatu, Semacam gendang panjang dengan bagian belakang yang memiliki bentuk menyerupai pinggang.
  • Tombak, Sebagai senjata yang menjadi simbol kekuatan.
  • Perisai ,Alat perlindungan yang juga melambangkan kehormatan dan keberanian.
- Advertisement -