Kampung Adat Prai Ijing adalah kampung adat yang menarik dengan berbalut nilai budaya lokal, yang dimana tradisi lokalnya masih terjaga. Kampung ini dikembangkan oleh pemerintah kabupaten Sumba Barat, sebagai salah satu destinasi kampung adat untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
Kampung adat ini juga pernah mendapatkan juara 2 tingkat nasional oleh kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai kategori Desa Destinasi Wisata di tahun 2019 lalu. Praijing memiliki arti, yakni Prai yang berarti Kampung, serta Ijing yang berarti buah kedondong hutan.
Karena di seputaran rumah adat ditumbuhi banyak pohon kedondong hutan maka mereka mengambil nama tersebut untuk menjadi nama kampung.
Rumah adat Prai Ijing terdiri dari 38 rumah adat, yang biasa di sebut Uma Bokululu atau Uma Mbatangu dengan desain yang unik yakni atap berundak yang menjulang seperti menara. Dan dibuat dengan kayu sebagai dinding dengan beratap rumbai, yang masih menggunakan bahan alam khas rumah adat di Nusa Tenggara Timur.
Saat memasuki kawasan kampung adat Prai Ijing kita akan di sambuti dengan tarian khas adat Sumba sebagai bentuk penyambutan dan ramah tamah warga setempat. Yang dimana terdapat Tari Woleka, Tari Parajura, Tari Kataga.
Salah satu ciri khas dari Kampung Adat Prai Ijing yaitu susunan kampung yang memanjang dengan rumah-rumah adat yang berjejer rapih.
Dengan ketinggian yang berbeda-beda, namun mempunyai bentuk yang sama seperti rumah panggung dengan atap yang unik terbuat dari jerami. Jumlah rumah adat yang ada di Kampung Prai Ijing sekitar 30an rumah dan di tempati oleh 7 kabisu atau marga yaitu Wola Bawa, Wola Deta, Kataoda Doungu, We’a Yewa, Tanabi, We’e Lewa, dan Wola. Pemimpin atau tua adatnya dinamakan Kotoda Watu.
Rumah adat di Kampung Adat Prai Ijing menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan. Rumah adat Prai Ijing di bagi menjadi 3 bagian yaitu:
- Uma Daluku: Rumah yang di jadikan sebagai tempat penyimpanan berbagai bahan makanan dan benda-benda pusaka.
- Ronggu Uma: Lantai tengah dengan fungsi sebagai tempat tinggal pemilik dan bahan bangunannya yang didominasi oleh kayu dan rumbai.
- Lei Bangun: Bagian Bawah atau Kolong rumah berfungsi sebagai tempat tinggal ternak
Meskipun sebagai destinasi wisata, Kampung Adat Prai Ijing tetap dihuni oleh penduduk asli alias bukan kampung artifisial, sehingga pengunjungnya bisa melihat kegiatan mereka sehari-hari.
Ketika kita berkunjung ke kampung adat ini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan seperti menjaga sopan santun, ramah tamah terhadap warga sekitar, serta mematuhi setiap aturan-aturan adat yang berlaku.
Di kampung adat ini juga terdapat bebatuan menhir yang bisa digunakan oleh warga sekitar sebagai tempat pemujaan terhadap leluhur dan juga batu kubur.
Di bagian depan rumah adat terdapat tulang kepala kerbau sebagai simbol pengingat akan kematian. Pengunjung dilarang untuk menyentuh sembarang dan merusak ataupun meremehkannya.
Kampung adat ini terletak di Desa Tebara, kecamatan kota Waikabubak, kabupaten Sumba Barat, NTT. Dengan jarak sekitar 3 kilometer dari Waikabubak sehingga bisa ditempuh dengan waktu 10 menit dengan menggunakan kendaraan beroda dua dan beroda empat.
Akan tetapi kalau dari Bandara Tambolaka, berjarak sekitar 43 kilometer dengan jarak tempuh selama 1 jam.
Akses menuju ke kampung adat ini sangat mudah, karena jalannya sudah bagus dengan aspal mulus, dsn juga banyak petunjuk untuk menuju ke kampung tersebut. Di kampung adat ini juga sudah tersedia berbagai fasilitas seperti, area parkir, toilet, kantin, dan berbagai jualan oleh-oleh khas Sumba.
Dan untuk harga tiket masuknya bervariasi. Dan jam operasional untuk berkunjung ke lokasi ini mulai dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 18.00 malam. Tunggu apa lagi?? Ayo rencanakan liburanmu bersama keluarga ke Kampung Adat Prai Ijing.