Ketupat Lebaran, Sudah Ada Sejak Abad 15

Ketupat menjadi salah satu menu wajib yang kerap disajikan masyarakat Indonesia saat lebaran tiba.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Biasanya menu ini dipadukan dengan opor ayam dan kerupuk. Namun, tahukah kamu  sejarah ketupat di Indonesia?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ketupat adalah makanan yang dibuat dari beras dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa, berbentuk kantong segi empat dan sebagainya, kemudian direbus, dimakan sebagai pengganti nasi. Ketupat disebut juga kupat dalam bahasa Jawa atau Sunda.

Arti kupat sendiri adalah “ngaku lepat”, dalam bahasa Indonesia artinya “mengakui kesalahan”. Kupat juga berarti “laku papat” atau empat laku yang tercermin dari empat sisi ketupat, yaitu:

- Advertisement -
  1. Lebaran, dari kata dasar ‘lebar‘ artinya pintu ampun dibuka untuk orang lain
  2. uberan, dari kata dasar ‘luber‘ artinya melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan
  3. Leburan, dari kata dasar ‘lebur‘ artinya bermakna melebur dosa yang dilalui selama satu tahun
  4. Laburan, merupakan kata lain ‘kapur’ bermakna menyucikan diri atau putih kembali seperti bayi.

Sejarah dan Awal Mula Ketupat

Menurut dari catatan sejarah, ketupat sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Bahkan ketupat sudah dibuat pada era Kerajaan Demak.

Dalam buku ‘Malay Annual’ karangan Hermanus Johannes de Graaf, ahli sejarah asal Belanda, ketupat pertama kali muncul di daerah Jawa, tepatnya di abad 15, pada masa kepemimpinan Kerajaan Demak.

Saat itu, bentuk ketupat juga mirip dengan apa yang dikenal sekarang. Ketupat berasal dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa. Tapi hanya bisa menggunakan daun kelapa muda. Setelah matang, tekstur ketupat menjadi beras padat yang kenyal.

- Advertisement -

Lalu dalam catatan Hermanus Johannes de Graaf, dijelaskan juga bahwa ketupat diperkenalkan kepada masyarakat umum oleh Sunan Kalijaga, saat menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Baca Juga :  Woku Komo-Komo, Olahan Sagu Khas Ambon yang Lezat

Saat itu, mayoritas penduduk di Jawa masih memeluk agama kepercayaan atau dikenal juga dengan nama Kejawen. Ketupat kemudian digunakan Sunan Kalijaga untuk melakukan pendekatan dakwah dalam sisi budaya.

Beliau percaya bahwa ketupat bisa menjadi alat yang lebih familiar untuk pendekatan dakwah, dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang kental pada saat itu.

- Advertisement -

Setelah perlahan agama Islam mulai diterima secara luas, ketupat akhirnya melekat menjadi hidangan ikonik pada perayaan Islam, seperti lebaran Idulfitri.

- Advertisement -