Go Genga, alat musik tradisional yang berasal dari Pautola, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo, merupakan warisan budaya yang hampir punah. Terbuat dari bambu, alat ini menghasilkan suara yang mirip dengan bunyi gong.
Sejak zaman dahulu, nenek moyang masyarakat Pautola telah mengajarkan cara pembuatan alat musik Go Genga. Di tangan para petani, alat musik ini berfungsi sebagai penghibur saat bekerja di kebun atau sawah.
Opa Sius (76), seorang pegiat dan pengrajin Go Genga, mengenang masa kecilnya ketika ia melihat orang tuanya memainkan alat musik ini. Dia belajar dengan teliti, meniru teknik yang dilihatnya, dan akhirnya mampu memainkannya sendiri pada usia muda.
Proses Pembuatan
Membuat Go Genga memerlukan ketelitian dan kecermatan. Proses pembuatannya tidak memakan waktu lama, tetapi setiap langkah harus diperhatikan dengan seksama untuk menghasilkan suara yang sesuai. Alat musik ini terbuat dari bambu yang dirancang khusus untuk menciptakan bunyi yang menjadi ciri khasnya.
Opa Sius menjelaskan bahwa jika tidak teliti, hasilnya tidak akan sesuai dengan harapan. Keahlian dalam pembuatan alat musik ini sangat penting untuk menghasilkan kualitas yang baik.
Ia menceritakan bagaimana Go Genga dimainkan saat menjaga tanaman di kebun untuk mengusir rasa kantuk. “Kami main saat jaga kera di kebun, juga sebelum tidur malam,” katanya dengan penuh semangat. Melalui musik, para petani menemukan cara untuk bersenang-senang dan merayakan hasil kerja keras mereka.
Namun, di masa sekarang, Opa Sius merasa Go Genga mulai kehilangan peminat. “Anak-anak sekarang lebih suka yang instan,” keluhnya, merindukan semangat awal yang menyertai pembuatan dan permainan alat musik ini. Ia berharap agar pemerintah dapat berperan aktif dalam melestarikan tradisi ini agar tetap hidup di tengah perubahan zaman.
Meski kini lebih banyak berkarya membuat kerajinan tangan, semangat Opa Sius untuk melestarikan Go Genga tetap membara. Ia kini membuat pisau, parang, dan berbagai kerajinan lainnya sebagai sumber nafkah untuk dirinya dan keluarganya. “Saya siap bekerja jika ada yang pesan,” katanya dengan senyuman, menunjukkan dedikasinya meskipun usianya semakin tua.
Opa Sius bukan hanya pegiat alat musik, tetapi juga simbol ketahanan tradisi menghadapi tantangan zaman. Ia percaya bahwa jika generasi muda mau belajar dan melatih kemampuan mereka, Go Genga bisa kembali menemukan tempatnya di hati masyarakat.
Kisah Opa Sius membawa kita pada perjalanan budaya yang kaya, memberikan pemahaman mendalam tentang makna dan keberadaan alat musik tradisional dalam masyarakat Nagekeo.
Dengan upaya kolaboratif antara generasi dan dukungan dari pemerintah serta masyarakat, diharapkan Go Genga bisa terus dipertahankan dan tidak hilang ditelan zaman. Mari kita bersama-sama menjaga tradisi yang berharga ini demi generasi mendatang.