Kesaksian Kapten Tasuku Sato, seorang kapten Jepang yang dikirim ke Flores 1943, memberi kesaksian perkembangan Katolik di Flores yang luar biasa hanya dalam waktu 30 tahun (1913-1943) berhasil menasbihkan 400.000 orang masuk agama Katolik. Jumlah itu lebih dari separoh penduduk Flores.
( Raja Hasan Aroeboesman ) Pengganti Pua Menoh Ia diangkat menjadi raja Ende setelah Indonesia Merdeka. Hingga saat ini Hasan Aroeboesman dianggap sebagai raja terakhir Kerajaan Ende. Hasan Aroeboesman tidak mempunyai keturunan, sehingga sejarah raja-raja Ende berakhir dengan meninggalnya Hasan Aroeboeman. Dia juga pernah dipercaya menjadi Bupati Kabupaten Ende, yaitu Bupati kedua setelah Ende menjadi daerah kabupaten sendiri (1973-1978).
Peran Hasan Aroeboesman dalam pembangunan Kabupaten Ende sangat besar. Salah satunya adalah kerelaan Hasan Aroeboesman sebagai Raja Ende yang memiliki tanah luas, sehingga dia menyerahkan lahan untuk pembangunan pendidikan, pembangunan kerukunan hidup antar umat beragama dan pembangunan bandara udara di Kabupaten Ende. Sebagai penghargaan atas kontribusinya, Bandara ini dinamai Bandara Udara Haji Hasan Aroeboesman.
Peninggalan Kerajaan Islam Ende
Peninggalan Kerajaan Islam Ende yang paling terawat hingga sampai saat ini adalah Masjid Ar-Rabithah. Tidak ada data yang definitif kapan secara pasti masjid ini didirikan pertama kali.
Biasanya dalam sejarah kepemimpinan Islam, masjid selalu dibangun pertama kali. Namun untuk kasus Ende, apakah masjid dibangun bersamaan dengan tampilnya kepemimpinan Jari Jawa atau bukan hingga saat ini penulis belum mendapatkan keterangan itu. Bahwa masjid itu dibangun oleh salah satu dari raja Ende adalah sesuatu yang tidak bisa diragukan lagi.
Keterangan yang ada menunjuk bahwa Masjid ini dibangun oleh Lausuf Inderadewa yang makamnya berada di halaman masjid Ar-Rabithah. Mungkin yang dimaksud dengan kata “dibangun” menunjuk pada usaha pembangunan yang lebih permanen.
Dari yang sebelumnya mungkin hanya langgar kecil, menjadi masjid yang dibangun dengan bahan-bahan yang permanen. Masjid ini dipercaya oleh penduduk setempat termasuk masjid tertua di Ende Daratan.
Kalau pernyataan ini benar, maka setelah hadirnya masjid yang pertama di Pulau Ende (1631), maka ada besar kemungkinan masjid ar Rabithah hadir setelah itu. Mungkin dalam bentuk Mushola atau masjid sederhana di masa lampau. Masjid ini berlokasi di Jalan Mesjid di Kampung Ambu Tonda, Kota Raja, Ende.
Masjid ini berukuran 27 m x 26 m, terdiri bagian dalam seluas 15 m x 15 m dan serambi sebelah kanan dan kiri dari ruang dalam masing-masing dengan lebar 6 m. Masjid ini mempunyai daya tampung 500 jamaah.
Masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Pada peristiwa gempa di Ende tahun 1992, masjid ini mengalami renovasi, dan pada saat kajian ini dilakukan pada tahun 2015 kembali masjid ini sedang direnovasi.
Di masjid ini, menurut kesaksian masyarakat setempat Soekarno pada saat pembuangan sebagai tahanan politik Belanda di Ende pada tahun 1934-1938 sering melaksanakan sholat jumat di sini.
Sebagai seorang muslim, Soekarno berkewajiban melaksanakan sholat Jum’at bersama masyarakat dan masjid terdekat dari rumah tahanan di Ende adalah masjid Ar-Rabithah ini. Jarak antara Rumah kontrakan Soekarno dengan masjid ini berkisar 500 m. Soekarno ke masjid ini biasa berjalan kaki.