Banten Saiban, Tradisi Syukur Umat Hindu Bali Setiap Pagi

Banten saiban, yang juga dikenal sebagai ngejot, merupakan tradisi Hindu yang dilakukan oleh umat Bali setiap pagi setelah proses memasak. Tradisi ini adalah ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas rezeki berupa makanan yang telah diberikan. Banten saiban disajikan dengan sederhana, menggunakan daun pisang yang diisi nasi, garam, dan lauk pauk sesuai menu hari itu.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Apakah Anda sudah familiar dengan istilah banten saiban atau ngejot? Ini adalah tradisi Hindu yang umum dilakukan di Bali, biasanya setelah memasak makanan di pagi hari.

Mebanten saiban juga dikenal sebagai yadnya sesa, yang merupakan bentuk yadnya paling sederhana sebagai perwujudan dari panca yadnya, yang dilaksanakan oleh umat Hindu dalam keseharian mereka.

Banten Saiban
Banten Saiban

Mebanten saiban, atau ngejot, adalah praktik rutin yang dilakukan oleh umat Hindu Bali setiap hari setelah memasak. Tradisi ini, juga disebut yadnya sesa, melambangkan wujud sederhana dari praktik Panca Yadnya. Ritual ini dilakukan setelah proses memasak selesai dan sebelum menyantap hidangan.

- Advertisement -

Menurut kitab Bhagavadgita Sloka 3, XIII, dinyatakan:

“Yajna sishtasinah santo mucnyante sarva kilbishail bhunjate te tu agham papa ye panchanty atma karanat.”

Artinya, penyembah Tuhan dibebaskan dari dosa karena mereka mengonsumsi makanan yang dipersembahkan untuk korban suci. Sementara itu, mereka yang hanya menyiapkan makanan untuk kepuasan diri dianggap hanya mengonsumsi dosa.

- Advertisement -
Banten Saiban
Banten Saiban

Tradisi ini mengajarkan bahwa mebanten saiban adalah bentuk persembahan sederhana dengan sarana yang mudah. Umumnya, banten saiban disajikan dalam daun pisang berisi nasi, garam, dan lauk sesuai menu yang dimasak hari itu.

Tidak ada ketentuan khusus mengenai jenis lauk yang harus disajikan; yang terpenting adalah menghaturkan apa yang telah dimasak sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Kesempurnaan dari yadnya sesa terletak pada penghaturannya yang dilanjutkan dengan percikan air bersih dan dupa menyala sebagai simbol kehadiran Sang Hyang Widhi. Namun, praktik sederhana juga dapat dilakukan tanpa percikan air atau dupa, karena inti dari mebanten saiban adalah kesederhanaan.

- Advertisement -

Kapan Mebanten Saiban Dilaksanakan?

Terdapat lima tempat yang dihaturkan yadnya sesa sebagai simbol Panca Maha Bhuta, yaitu:

  1. Pertiwi (Tanah): Ditempatkan di pintu keluar rumah.
  2. Apah (Air): Ditempatkan di sumur atau sumber air.
  3. Teja (Api): Ditempatkan di dapur, pada tempat memasak atau kompor.
  4. Bayu (Angin): Ditempatkan pada beras, bisa juga di tempat nasi.
  5. Akasa (Unsur Panas): Ditempatkan di tempat persembahyangan seperti pelangkiran atau pelinggih di rumah masing-masing.
Baca Juga :  Mbolo Weki, Ritual Gotong Royong Khas Suku Bima

Makna dan Tujuan Mebanten Saiban

Setiap persembahan dalam mebanten saiban memiliki nilai-nilai moral yang mendalam. Yadnya sesa bukan sekadar tindakan fisik, melainkan perwujudan dari sikap anresangsya, yang mengajarkan umat untuk tidak egois dan ambeg para mertha, yang berarti mendahulukan kepentingan kolektif.

Banten Saiban
Banten Saiban

Mebanten saiban lebih dari sekadar kewajiban ritual; melalui tradisi ini, umat Hindu Bali menunjukkan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi atas segala yang diberikan. Melalui setiap butir nasi dan sayuran, tersimpan makna yang dalam tentang hubungan manusia dengan alam dan Sang Pencipta. Praktik ini tidak hanya mencerminkan rasa terima kasih, tetapi juga memperkuat komitmen untuk hidup selaras dengan nilai-nilai moral yang luhur.

Sarana dan Tempat Pelaksanaan

Banten saiban adalah persembahan yang sederhana, biasanya menggunakan daun pisang yang diisi nasi, garam, dan lauk sesuai yang dimasak hari itu. Tidak ada aturan ketat mengenai lauk yang harus disajikan.

Meskipun yadnya sesa yang sempurna biasanya melibatkan percikan air dan dupa, praktik sederhana tetap dapat dilakukan tanpa kedua elemen tersebut, tetap mempertahankan esensi dari yadnya sesa.

Berdasarkan kitab Manawa Dharmasastra, ada beberapa tempat penting untuk melakukan saiban:

  • Sanggah Pamerajan
  • Dapur
  • Tempat air minum di dapur
  • Batu asahan
  • Lesung
  • Sapu

Kelima tempat terakhir disebut sebagai lokasi di mana keluarga dapat melakukan Himsa Karma setiap hari, karena terkadang secara tidak sengaja melakukan pembunuhan terhadap binatang dan tanaman.

Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Adhyaya III 69 dan 75, dijelaskan bahwa dosa yang muncul saat mempersiapkan makanan sehari-hari dapat dihapuskan dengan melaksanakan yadnya sesa.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa hubungan yang harmonis dengan Tuhan melalui banten saiban perlu terus dipelihara. Hal ini harus ditanamkan dalam masyarakat Bali, disertai dengan pendidikan mengenai nilai-nilai moral dan budaya luhur agar tradisi ini tidak mengalami penurunan di masa mendatang.

- Advertisement -