Asal Usul Kota Ponorogo, Dahulu Bernama Pramono Rogo

Sejarah dari Kabupaten Ponorogo ini dimulai dari kisah Bathoro Katong yang memiliki nama asli Lembu Kanigoro.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Kemudian Ki Ageng kutu berlari ke arah timur dan masuk ke dalam Pohon Kepuh. Dengan mata gaib, Ki Ageng Mirah mengetahui persembunyiannya walaupun sempat berpindah-pindah sebanyak lima kali. Akhirnya tempat tersebut dinamakan Puh Limo.

Selanjutnya Ki Ageng Kutu lari ke timur lagi dan bersembunyi di pohon kepuh yang besar. Oleh Selo Aji, Pohon tersebut disambar dengan ajiannya namun hanya hangus atau gosong saja. Akhirnya dinamakan Puh Gosong. Ki Ageng Kutu terus melarikan diri ke arah timur. Lokasi kejar mengejar ini menjadi beberapa nama tempat.

Antara lain ketika Ki Ageng Kutu berlari dengan mbedhal-mbedhal akhirnya dinamakan Bedali. Dia juga ngebat-ngebat dalam pelariannya dan dinamakan Kebatan. Bahkan Ki Ageng Kutu sampai kebancang-bancang yang akhirnya tempat tu dinamakan Bancangan.

- Advertisement -

Di tengah kondisi yang sama-sama kuat, Raden Katong kehabisan cara untuk menundukan Ki Ageng Kutu. Akan tetapi dengan cerdiknya dia berusaha mendekati Putri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini, dengan akan dijadikan istri.

Kemudian Niken Gandini mengambil pusaka Tombak Koro Welang. Sebuah pusaka pamungkas milik Ki Ageng Kutu di Gunung Jimat. Esok paginya Raden Katong bertemu dan bertarung dengan Ki Ageng Kutu di Gunung Bacin. Oleh Seloaji, tubuh Ki Ageng Kutu ditusuk tombak namun tidak mempan, tetapi dia terpeleset jatuh ke belik atau kolam. Ditunggu sesaat tidak ada tanda-tanda muncul lagi.

Asal Usul Kota Ponorogo
Asal Usul Kota Ponorogo

Beberapa waktu kemudian air belik mengeluarkan bau yang busuk atau bacin, akhirnya dinamakan Belik Bacin. Dikira sudah tewas, rombongan Raden katong kemudian turun gunung. Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan kemunculan Ki Ageng Kutu.

- Advertisement -

Raden Katong kemudian mengejarnya ke arah barat daya. Saat bertemu mereka kemudian kembali adu kekuatan. Leher Ki Ageng kutu terkena sambaran pedang Selo Aji dan akhirnya terputus. Kepalanya menggelinding dan tercebur ke beji atau sumber air. Tidak lama kemudian air beji itu berbau atau keteng. Akhirnya dinamakan Beji Sirah Keteng.

Baca Juga :  Mengenal Suku Laut Kepulauan Riau, Penjaga Selat-selat Kesultanan Malaka

Badan Ki Ageng Kutu yang sebelumnya tergeletak, tiba-tiba berjalan sendiri. Raden Katong pun mengejarnya. Hingga sampailah di Bukit kecil dimana jasad Ki Ageng Kutu sang perwira yang berjasa besar kepada Majapahit saat merebut kembali Wengker dari Kediri, hilang atau moksa. Bukit kecil itu kemudian dinamakan Dloko.

Kata Dloka sendiri berasal dari kata Delok-o atau lihatlah dari ucapan Raden Katong kepada Selo Aji karena heran dengan Ki Ageng Kutu yang tadinya sudah tewas, sekarang nampak segar bugar dan utuh. Setelah menghilangnya Ki Ageng Kutu, Raden Katong mengumpulkan penduduk dan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang batoro, manusia setengah dewa.

- Advertisement -

Hal ini dilakukan karena pada waktu itu masyarakat wengker masih mempercayai keberadaan batoro atau dewa-dewa. Untuk meredam kemarahan warga atas menghilangnya Ki Ageng Kutu, dia mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu telah moksa dan akan terlahir kembali di kemudian hari.

Selanjutnya Batoro Katong memulai pembangunan Wengker menjadi Kadipaten baru. Hal pertama yang dilakukan adalah mencari tempat yang cocok. Raden Katong beserta Selo Aji dan Kyai Ageng Mirah menemukan hutan glagah yang berbau wangi, tempat itu kemudian diberi nama Glagah Wangi dan diputuskan untuk membuka hutan tersebut.

Setelah sepakat mereka mendirikan bangunan supaya penduduk mau menempati daerah baru ini. Namun keanehan terjadi tiap kali bangunan selesai dibangun. Keesokan harinya bangunan tersebut pasti roboh lagi.

Kyai Ageng Mirah tahu jika ada makhluk halus yang mengganggu mereka. Maka dia mengajak Raden Batoro Katong untuk bermeditasi. Saat tengah malam, muncul angin yang begitu besar. Kemudian muncul dua sosok makhluk tinggi besar, mereka mengaku Joyodrono dan Joyodipo penguasa hutan itu.

Baca Juga :  Pulau Solor, Permata Tersembunyi di Nusa Tenggara Timur

Raden Batoro Katong meminta izin agar bisa mendirikan kadipaten di tempat tersebut. Keduanya mengijinkan bahkan Joyodipo menunjukan tempat yang cocok untuk pusat kota. Letaknya berada di tengah-tengah hutan yang telah dibuka. Di tempat ini Raden Batoro Katong menemukan tiga buah pusaka.

Saat Raden Batoro Katong mengambil pusaka tersebut terjadi ledakan yang besar dan membuat tanah berhamburan. Tanah yang berhamburan tersebut kemudian membentuk lima bukit diantaranya Gunung Limo dan Gunung Sepikul. Sedangkan lubang bekas ledakan menjadi sebuah gua yang diberi nama gua Sigala Gala. Asal Usul Kota Ponorogo >>

- Advertisement -