Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal memiliki kekayaan budaya yang tersimpan dalam alat musik tradisionalnya. Alat musik ini mencerminkan perjalanan budaya masyarakat setempat yang tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga hingga mancanegara. Berikut Alat Musik Tradisional NTT yang masih lestari hingga kini
Sasando
Lihat postingan ini di Instagram
Alat musik yang paling terkenal dari NTT adalah Sasando. Alat musik petik ini menyerupai harpa dan terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai resonator. Dengan jumlah senar bervariasi antara 28 hingga 58, Sasando menghasilkan melodi yang memukau dan telah dikenal hingga tingkat internasional.
Heo
Alat Musik Tradisional NTT ini terbuat dari bahan alami, biasanya kayu, yang dipilih dengan seksama untuk menghasilkan nada yang harmonis. Ekor kuda yang digunakan sebagai penggesek menambah keunikan suara Heo.
Teknik ini terinspirasi oleh alam dan menggunakan sumber daya lokal, menjadikan Heo tidak hanya alat musik, tetapi juga bagian dari identitas etnis suku Dawan.
Heo memiliki empat senar, masing-masing dengan nama dan nada tersendiri. Salah satu senar yang terkenal adalah tain mone, yang berarti ‘tali laki-laki’ dan memiliki nada ‘sol’. Setiap senar memiliki karakteristik suara yang berbeda, sehingga ketika dimainkan bersamaan, mereka membentuk harmoni yang indah.
Knobe Khabetas
Alat Musik Tradisional NTT satu ini dimainkan dengan cara ditiup, menghasilkan nada yang unik. Setelah itu, pemain dapat menggoyangkan alat ini agar suara yang dihasilkan menjadi lebih bervariasi.
Knobe Khabetas sering digunakan untuk menemani aktivitas pertanian dan penggembalaan. Suara yang dihasilkan memberikan semangat kepada para petani. Di samping itu, Khabetas juga menjadi alat komunikasi.
Masyarakat Dawan menggunakan suara alat musik ini untuk saling memberi sinyal saat berada jauh dari satu sama lain di ladang. Melalui nada-nada yang berbeda, mereka dapat menyampaikan berbagai pesan, seperti tanda bahaya atau panggilan untuk berkumpul.
Foy Pay
Salah satu aspek menarik dari Foy Pay adalah variasi nada yang dihasilkan. Alat musik ini dapat menghasilkan lima nada dasar, yaitu do, re, mi, fa, dan sol. Masing-masing nada ini memiliki perannya sendiri dalam menciptakan komposisi musik. Misalnya, nada do dapat memberi nuansa dasar yang stabil, sementara re dan mi menambah kesan dinamis dalam permainan.
Kemampuan Foy Pay untuk mengeluarkan nada yang jelas dan merdu menjadikannya sangat cocok untuk mengiringi lagu-lagu tradisional. Dalam konteks pertunjukan, pemain Foy Pay harus memiliki keahlian khusus agar dapat memainkan nada-nada tersebut dengan tepat. Ini membutuhkan latihan yang intensif serta penguasaan teknik bernapas yang baik. Oleh karena itu, Foy Pay tidak hanya sekadar alat musik, tetapi juga sebuah medium untuk mengekspresikan keterampilan dan dedikasi seorang musisi.
Foy Doa
Foy Doa adalah alat musik tiup yang termasuk dalam kategori aerofon, artinya suara dari alat ini dihasilkan melalui hembusan udara. Alat musik ini terbuat dari bahan alami seperti bambu, yang memberikan karakter suara yang unik dan khas. Foy Doa sering ditemukan dalam pertunjukan seni tradisional, ritual adat, dan berbagai acara sosial di komunitas lokal.
Knobe Oh
Knobe Oh, dengan panjang sekitar 12,5 cm, terbuat dari kulit bambu dan memiliki celah panjang berbentuk lidah sebagai penggetar. Alat musik ini menghasilkan suara bergema saat ditarik dengan untaian tali, dikenal karena keunikannya dan sering digunakan sebagai penghibur pribadi.
Sowito
Sowito terbuat dari potongan bambu dengan dawai dari cungkilan kulitnya. Dimainkan dengan cara dipukul, alat ini menghasilkan nada dari setiap ruas bambu. Dalam orkestra tradisional, Sowito biasanya disesuaikan untuk kebutuhan nada.
Prere
Prere, alat musik tradisional NTT yang tampaknya sederhana, memiliki peran penting dalam mengiringi pencak silat. Terbuat dari sebatang bambu kecil, Prere dimainkan dengan cara ditiup, menghasilkan nada dasar dan sering dipadukan dengan alat musik lain seperti gong dan gendang.