Tradisi Pacuan Kuda di Jeneponto

Kabupaten Jeneponto terkenal dengan julukan Kota Kuda.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Kabupaten Jenepoto adalah salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang berada sekitar 95 kilometer dari Kota Makassar, yang dikenal dengan nama Turatea. Kabupaten Jeneponto terkenal dengan julukan Kota Kuda.

Tidak sekadar menjadi alat transportasi, namun kuda sudah menjadi bagian keseharian masyarakat dan juga simbol status seseorang bermasyarakat. Tak heran semua rumah penduduk memiliki kuda sebagai hewan peliharaan.

Selain digunakan sebagai hewan yang dapat membajak sawah dan pengangkut hasil pertanian atau perkebunan, kuda di Jeneponto juga dijadikan sebagai hewan pacuan. Kebiasaan unik yang dilakukan masyarakat Jeneponto untuk menguji kehebatan kuda peliharaan mereka.

- Advertisement -

Pacuan kuda di Jeneponto yang warga lokal menyebutnya “Pa’lumba Jarang”, digelar setiap Hari Minggu. Pacu kuda itu berlangsung di Desa Kalimporo, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto.

musium
Duan anak kecil saling adu kecepatan, Dimana lintasan pacuan kuda tersebut yang dilaluinya sejauh 600 meter, untuk dijadikan adu kecepatan kuda tersebut.

Lintasan pacuan sepanjang 600 meter yang tergolong masih sangat sederhana dibangun atas dasar inisiatif warga Kecamatan Binamu dan Kecamatan Bangkala.

Pacuan kuda di Kampung Beru itu bukan hanya diikuti warga yang berdomisili di Jeneponto yang gemar dengan aktivitas pacuan kuda, tapi juga dari luar daerah Jeneponto. Kegiatan ini dilakukan oleh laki-laki yang menjadikannya sebagai aktraksi hiburan.

- Advertisement -

 

musium
Tampak anak kecil tersebut berpacu dengan kudanya dengan semangat untuk memenangkan ajang pacuan kuda tersebut.

Uniknya juga, pacuan kuda itu selalu menggunakan joki anak-anak atau joki cilik yang berusia 8 hingga 17 tahun. Kuda yang mereka gunakan berlaga kebanyakan adalah milik warga yang ingin menguji kudanya dan hanya menggunakan peralatan seadanya.

Menjadi joki cilik merupakan suatu kebanggaan bagi mereka dan keluarganya, dimana beberapa diantaranya memiliki keahlian menunggang kuda pacu yang diwarisi turun temurun. Ketakutan akan terjatuh atau terluka jarang terlintas di pikiran para joki cilik ini, yang terpenting bagi mereka adalah bisa ikut berlaga dan menjadi juara.

- Advertisement -

musium
Persiapan pacuan kuda sebelum adu kecepatan. Tampak dua joki yang menunggangi kudanya siap untuk diadu.

Lomba adu cepat kuda itu dapat disaksikan sekali dalam sepekan yaitu di Hari Minggu. Lomba balapan kuda itu digelar atas inisiatif warga, sejak mulai digelarnya lomba pacuan kuda di Jeneponto.

Antusiasme warga menyaksikan ajang itu cukup meningkat. Lokasi pacuan kuda di Kampung Beru itu tiap pekan kian ramai. Kegiatan ini juga memberikan hiburan bagi masyarakat Jeneponto.

Menariknya, joki atau pengendara kuda di lintasan pacuan kuda (mukan) menggunakan topi khusus untuk atlit joki pada umumnya. Tetapi sering ditemui mereka hanya mengunakan helm standar untuk kendaraan roda dua. Bahkan terkadang joki tidak memakai perlengkapan lengkap, malah memakai alat seadanya dan tidak memakai sepatu boot.

Dimensi Indonesia
Adu kecepatan

Pacuan kuda di Jeneponto tersebut menjadi daya tarik dan tontonan menarik bagi sejumlah warga masyarakat Jeneponto, bahkan pacuan kuda yang sudah menjadi tradisi warga Jeneponto itu juga dilirik bagi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Baca Juga :  Surga Itu Ada di Kepulauan Selayar
- Advertisement -