Sureq La Galigo IV (link sebelumnya): Sawerigading pergi ke istana dengan cara menyamar menggunakan kulit La Orokeling yang berwarna hitam keabu-abuan, ditemani oleh beberapa abdinya. Dalam penyamarannya, ia memperkenalkan diri sebagai seorang saudagar.
Namun, dalam perjalanan menuju istana, Sawerigading beberapa kali meneteskan air mata karena rindu pada tanah airnya, Luwuk, serta para istrinya. Meski begitu, ia tetap melanjutkan perjalanan karena telah bersumpah tidak akan kembali ke Luwuk sebelum memiliki anak laki-laki dari I We Cudai.
Setibanya di istana, Sawerigading bertemu dengan Wetenri Abeng, yang merupakan Ratu Cina. Nama sang ratu ternyata mirip dengan adik Sawerigading, Wetenri Sekka. Sang ratu kemudian memanggil kedua putrinya untuk melihat barang-barang dagangan yang dibawa oleh Sawerigading.
Ketika I We Cudai memasuki ruangan, Sawerigading tidak bisa berhenti menatapnya dengan penuh keheranan. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa I We Cudai memang sangat mirip dengan adik kembarannya, Wetenri Sekka.
Sesuai dengan permintaan Wetenri Abeng, Sawerigading kemudian memberikan gelang dan cincin kepada I We Cudai untuk melihat apakah perhiasan itu cocok dipakainya. Ternyata, gelang dan cincin tersebut sangat cocok, menjadi bukti bahwa I We Cudai adalah calon mempelai yang dimaksud oleh Wetenri Abeng.
Setelah mengetahui hal itu, Sawerigading kembali ke kapalnya. Keesokan paginya, ia mengutus dua orang ke Latanete, istana negeri Cina, untuk meminang I We Cudai. Utusan Sawerigading diterima dengan baik oleh Raja La Satung Pukik, yang kemudian menjelaskan tentang mahar yang harus dipenuhi oleh Sawerigading jika ingin menikahi putrinya.
Mahar tersebut terdiri dari sejumlah uang dan barang-barang tertentu yang jika dihitung jumlahnya hampir setara dengan jumlah daun pada sebuah pohon asam dan bulu seekor kucing belang.
Pengiriman palo karelae dan barang-barang lain sebagai mahar ke Latanete memakan waktu hingga tiga bulan. Setelah mendengar penjelasan itu, utusan Sawerigading kembali ke pelabuhan untuk melaporkan semua yang disampaikan oleh Raja La Satung Pukik. Sawerigading menyanggupi semua persyaratan tersebut, dan selama tiga bulan, mahar tertinggi berupa uang, sompa, atau selik, dikumpulkan dan dibawa ke istana Latanete.
Namun, kabar mengecewakan datang: I We Cudai menolak pinangan Sawerigading. Alasannya adalah karena ia mendengar rumor bahwa Sawerigading dan seluruh awak kapalnya adalah orang-orang biadab dengan tubuh berbulu lebat. Pinangan itu ditolak, dan seluruh mahar dikembalikan ke kapal I La Wenterang.
Kekecewaan dan kemarahan Sawerigading begitu besar. Dalam kemarahannya, ia memutuskan untuk berperang dengan negeri Cina. Perang pun pecah, mengakibatkan sebagian negeri tersebut hancur dan banyak korban jiwa. Ketika pasukan Sawerigading mencapai gerbang istana Latanete, ia memerintahkan pasukannya untuk menahan diri agar I We Cudai, wanita yang dicintainya, tidak terluka atau terancam nyawanya.
Ratu Wetenri Abeng kemudian mendesak I We Cudai agar menerima pinangan Sawerigading demi mencegah lebih banyak korban jiwa. Akhirnya, I We Cudai menerima pinangan itu, tetapi dengan beberapa syarat:
- Semua korban yang tewas harus dihidupkan kembali.
- Negeri yang hancur harus dibangun kembali.
- Pernikahan mereka tidak boleh dirayakan secara besar-besaran.
- Jika Sawerigading ingin menemui I We Cudai, ia hanya boleh melakukannya pada tengah malam dalam kondisi gelap gulita.
Sawerigading, meskipun bingung, tidak punya pilihan lain selain menyanggupi syarat tersebut. Pada malam hari, ia menemui I We Cudai di kamarnya, tetapi meskipun semua syarat telah dilakukan, hati I We Cudai belum juga mampu menerima Sawerigading.